Satu nafas terhenti
saat bayanganmu menghiasi lamunanku
saat degup tertahan
kala sesak ini kian menghujam
Dinding-dinding ini kian membiru
kemana harus kucari jawaban
saat satu hati mulai bertanya
saat satu jiwa terikat tali asmara
saat hampa mulai menyiksa
Hanya tetesan air mata ...
merayap turun dari sudut mataku
basahin jiwa yang gersang
banjiri hati yang membeku
saat kau tak lagi disini , Sayang...
akan aku sandarkan hidupku buatmu
dan jika memang kamu untukku
Aku ingin bersama kamu selamanya
Mungkin takdir ini selalu menuntutku
Cintaku harus memilikimu. Tuhan telah
kirimkan kamu karena kamu adalah
bintang yang selama ini kucari
Kau cintaku yang takkan pernah berlalu
Dalam pelukkan hangatmu Ku akan kuat
sebagai seorang pemimpin harapku
temaniku sampai mati
Ketika Tuhan membuka jendela Surga
Dia melihatku dan bertanya,
"Apa Harapanmu"?
Aku menjawab "
Tuhan jaga dan sayangi cintaku disana
seperti aku yang selalu menyanyanginya disini
bila seorang pecinta merindukan kekasihnya
bila seorang pelaut merindukan debur ombak,
camar laut,
dan angin tenggara yang menerpa wajahnya...
bila saja manusia tidak buta
mereka akan melihat wajah memelas para pecinta
yang merindukan kekasihnya...
bila saja manusia tidak tuli
mereka akan mendengar teriakan lirih para pecinta
yang melantunkan senandung kerinduannya...
apa saja yang kau ketahui
bila seorang pecinta merindukan kekasihnya
bila seorang petarung merindukan ayunan pedang,
derap kuda,
dan darah yang mengucur dari tubuh lawannya...
bila saja manusia mampu bicara
mereka akan bercerita tentang pecinta yang merindukan kekasihnya
tentang bagaimana ia menderita untuk kekasihnya
tentang dunia yang bersujud di sudut kakinya untuk mengharapkan cintanya
tentang langit yang menangis mendengar ratapannya...
bila saja manusia mampu merasa
mereka akan tahu sulitnya menjadi pecinta
yang senantiasa merindukan kekasihnya...
Hari demi hari dan jam pun terus berputar seperti matahari yang berputar pada porosnya nggak terasa waktunya akan tiba, sebentar lagi aku akan meninggalkan negri kinanah, negri para Anbiyah dan negri seribu menara, dimana pada tanggal 26 juni 2007,di hari dan tanggal itulah aku mulai melangkahkan kakiku dengan tekat dan niat yang pasti tapi entah mengapa perasaan ku salalu di imbangi dengan rasa senang dan sedih. Seneng karena bisa berjumpa lagi dengan keluarga, sanak family semuanya dan sedih karena meninggalkan temen-temen seperjuangan seolah-olah sudah menjadi keluargaku sendiri.
Waktu memang tidak selamanya abadi dan stagnan di satu titik. Ia mengalir mengikuti garis yang telah ditentukan oleh Sang sutradara semesta raya. Begitu pula pertemuan tidak selamanya kekal di satu titik, ia akan berganti dengan perpisahan. Ia ibaratnya sebuah lilin. Ia menghadirkan cahaya kedamaian dan kehangatan hingga akhirnya ia padam karena waktu. Lalu ia tergantikan dengan yang baru lalu padam dan kemudian tergantikan dengan yang baru lagi lalu padam dan seterusnya. Haruskah kita menyesal ketika menyalakan lilin itu dan menangis ketika ia padam? Haruskah kita menyesali sebuah pertemuan dan kemudian menangis karena perpisahan?
Pertemuan dan perpisahan yang tidak kunjung henti membentuk dinamika kehidupan. Tidak munasabah sekiranya tidak mahu berpisah, kerana berpisah itu tidak boleh tidak perlu ditempuh dalam perjalanan hidup. Kerana untuk setiap orang jalannya tidak sama. Malah perpisahan itulah yang menjadikan pertemuan lebih indah.
Karunia paling berarti yang diberikan Tuhan dalam hidup ini sesungguhnya bukanlah berupa harta benda, tapi kesempatan. Hidup tidak selamanya untuk ketawa.Juga bukan selamanya untuk menangis. Kegembiraan dan kesedihan silih berganti. Seperti juga perubahan musim yang berlaku, ada kalanya hujan berterusan hingga bumi dilanda banjir. Ada masanya panas memanjang hingga tanah menjadi kering kontang. Usah diratapi pada sebuah perpisahan tapi tangisilah pada sekelumit pertemuan kerana tanpa pertemuan tak akan wujud perpisahan. Mengertilah bahwa pertemuan tidak menjanjikan keriangan manakala perpisahan bukan beerti kita akan kecundang untuk selamanya. Oleh itu terimalah hakikat setiap pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan.
Kemahuan itu tidak dapat dibendung, keinginan itu tidak pantas dipujuk. Mulut mudah berkata tapi hati naluri payah menerima. Orang hanya tahu memujuk untuk mententeramkan kita tapi orang tidak tahu perasaan sebenar kita. Hanya orang yang mengalami yang mengerti. Tapi hidup memang untuk orang lain. Kalau tidak dapat menghiburkan hati sendiri, sekurang-kurangnya dapat menghiburkan hati orang lain. Tugas menyebabkan kita melaksanakan sesuatu dengan baik tapi cinta menyebabkan kita melakukan sesuatu dengan baik. Hidup yang bergantung kepada perasaan semata-mata seperti berpaut pada dahan yang reput.
Antara selamat jalan dan selamat tinggal, kedua-duanya melatari perpisahan. Adanya pertemuan bererti ada juga harganya iaitu perpisahan. Dan paling indah, paling bererti, jika manisnya pertemuan dan pahitnya perpisahan itu disandarkan kepada maksud yang paling suci, kerana Allah Yang Maha Tinggi.
Semoga Allah selalu mempermudahkan Hamba-hambanya dalam setiap tikungan dan jalan yang di tempuh untuk menuju dinamika yang baek.Amien ya rabbal a'alamin
Love is blind, begitu kira-kira crita film Ada Apa Dengan Cinta?(A2DC). Nggak bermaksud menggurui, tapi nggak ngefek and nggak matching kalo sobat muslim pada bernafsu pengin nonton itu film, selain critanya pasaran, lagian nggak ada nilai positifnya buat Islam kamu, bisa-bisa malah luntur tuh iman, khan gimana?
Kalo soal crita filmnya sih, diakui film ini tidak akan jauh critanya dengan Gita Cinta dari SMA-nya Rano Karno dan Yesi Gusman. Yah, mau dibuat sedasyat Titanic, Kuch Kuch Hota Hai atau yang laen, film tentang cinta toh hasilnya tetap cinta itu sendiri, ya nggak? Lagian, yang namanya cinta dari nenek moyang ampe' cucu moyang kita nanti ya sama aja, nggak akan berubah. Beda dengan buah pisang, kalo dulu pisang bisa dibuat kolek atau pisang goreng tapi karena perkembangan zaman ada pisang yang bisa dibuat masker wajah, atau buat ngobatin penyakit, atau kalo kamu pas kaget ngeliat hantu di malam hari, pasti kamu akan pisang, ehhh, itu pingsan, Neng!!
Cinta adalah Pacaran!, Bener nggak?
Banyak cara untuk ngungkapin cinta. Bisa dengan cara verbal maupun non verbal. Kalau orang Indonesia ngungkapin cinta dengan "Aku cinta kamu", orang Inggris bilang "I love you", orang Afrika bilang "Ek het jou lief", orang India bilang "Hum tumhe pyar karte hae", orang Jepang bilang "Aikotoraneru", orang Mandarin bilang "Wo ai ni" orang Turki bilang " Seni Seviyorum" dan sebagainya.
Apapun ungkapan dan cara mereka dalam mengungkapkannya tetapi tujuan yang ingin diraih adalah sama yaitu cinta itu sendiri. Salah satu lembaga formal untuk menyatakan cinta itu adalah pacaran dan menikah. Kalau menikah mereka menganggapnya itu imposible lah, karena cintanya cinta monyet. Akhirnya jalan terakhir adalah pacaran.
Pacaran, bikin Hidup lebih Hidup?
Pacaran bisa memacu semangat belajar? Walah, kayaknya semut aja ketawa-ketawi kalo denger. Padahal teori ama praktik beda banget. Kalo emang pacaran bisa nambah semangat belajar, tapi kenapa amburadul sekolahnya gara-gara pacaran? Ingatannya tajam kalo disuruh ngingat nama gacoannya, atau tentang beragam hal yang berkaitan dengan doskinya. Tapi kalo ditanya tentang hukum gas ideal dalam pelajaran kimia, pasti jawabannya tu-la-lit. Trus, tiap malam minggu musti ada jadwal wakuncar. Lha kapan mau belajarnya? Wah...rucak-rucak.
Trus kalo pas di sampul bukunya ada foto si blondo Britney Spears, ia selalu memiripkan pacarnya dengan Britney, padahal mirip Digimon (hee..hee..). Di dinding kamarnya, bukannya dipenuhi dengan tulisan rumus-rumus fisika, matematika, atawa kimia, tapi malah ditempeli foto pacarnya. Trus di kamarnya nongkrong radio-tape yang kalo dengerin satu lagu, bisa-bisanya dicocokkan dengan isi hatinya saat pertama kali ketemu doinya. Wah, gimana bisa belajar? Padahal, setahu penulis, banyak juga lho, yang semangat belajar tanpa kudu ngenjalanin pacaran. Justru, waktu sekolah dulu, ada teman penulis yang main api asmara, malah belajarnya awut-awutan. Kalo soal rajin dateng ke sekolah, ya iya sih. Tapi yakinlah, tujuan utamanya bukan untuk belajar di sekolah, tapi cuma pengen ketemu si dia. Bener kan? Aduh, kayaknya ada yang mesem-mesem kena sindir nih.
Pacaran katanya bisa bikin fresh pikiran kita.
Aduh biyung, kayaknya perlu diedit lagi itu otak buat yang bilang beginian. Sebab itu cuma mengada-ada aja. Buktinya, banyak sobat remaja yang dibikin puyeng tujuh keliling gara-gara pacaran. Bisa jadi sama puyengnya bila disuruh menurunkan rumusnya Enstein E=mc2, salah-salah malah ngeluarin pernyataan yang bikin ngakak seisi kelas, sebab doi menyatakan bahwa E=mc2 artinya Einstein mencret-mencret! Huahahaa!!!.
Ada juga lho teman kamu yang pacaran dengan alasan untuk seleksi kepribadian, supaya kalo jadian nikah nggak usah ragu en gimana gitu. Ya, kali aja ada yang nyangkut satu untuk dijadikan istrinya nanti. Waduh, sepintas memang oke juga tujuannya? Tapi tetap aja alasan seperti ini nggak bisa dibenarkan. Kalo niatnya udah kuat untuk nikah, ngapain kudu pacaran segala? Sebab, nyatanya banyak yang justru setelah berpacaran sekian tahun, eeh bubar dengan alasan nggak cocok (emangnya sepatu? huu), bilang aja mau coba-coba, itulah wujud kepengecutan mereka. Makanya bagi yang pengecut, sekali lagi...pengecut, pacaran adalah alternatif untuk coba-coba. Kalo nggak cocok kan bisa say goodbye. Celakanya, kalo sampe dicobain luar-dalam, wuih ngeri deh! Cowok or cewek yang beginian nih, ketahun banget niat joroknya.
Kalo alasannya adalah untuk mengetahui info tentang si doi, tanya aja sama temannya yang yang emang udah akrab dan bisa dipercaya, atau bisa juga kepada keluarganya. Beres kan? Nggak sulit kok. Alasan teman kamu yang model begini bisa kita mentahkan. Buktinya banyak juga pasangan yang tidak melalui proses pacaran, malah adem n enak aja tuh, dalam rumah-tangganya.
Trus, gimana dong? Nah, ini saat yang tepat untuk berubah, mengubah persepsi kamu tentang cinta. Cinta yang diaplikasikan melalui pacaran atau sex bebas adalah salah besar dalam pandangan Islam, cinta seperti itu adalah sampah, bikin bau busuk, kalo' nggak dibuang ya dibakar. Sedangkan cinta dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang fitri keberadaanya pada diri manusia, bahkan dalam sebuah hadits cinta itu disetarakan atau diidentikan dengan keimanan kita, misalnya : "Tidak dianggap beriman diantara kalian hingga Aku (Rasulullah) lebih di cintai daripada cintanya kepada sanak keluarganya dan keseluruhan manusia" (HR. Bukhori)
Cinta itu tidak harus kepada lawan jenis, bisa cinta sama kakak, adik, ortu, saudara seiman tapi tetap saja cinta kepada mereka tidak boleh melebihi cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya sebagaimana dalam sebuah ayat : "Katakanlah "Jika kamu mengutamakan bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, keluargamu, harta hasil usahamu, perdagangan yang kamu khawatirkan kebangkrutannya dan tempat tinggal yang kamu senangi, melebihi daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berjihad fi sabilillah, maka nantikanlah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya" (TQS. at-Taubah 24).
Siapapun bisa mengidap cinta, anak muda, orang tua ataupun "anak-kanak" bisa memiliki rasa cinta, namun kalo mereka muslim yang ngaku dengan syahadatain ingat firman Allah : "Katakanlah (Muhammad): Jika kamu benar-benar cinta kepada Allah, turutilah aku Muhammad, pasti Allah mencintaimu pula dan sekaligus mengampuni dosa-dosamu" (TQS. ali-Imron 31)
Itulah cinta dan konsekuensinya, jika kita cinta (baca: taat) kepada Allah, janji Allah akan mencintai kita. Bagaimana rasanya dicintai Allah? Pasti enak dan tentu enak karena Allah yang punya kenikmatan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Sedangkan cinta fatamorgana kayak pacaran itu, Seharusnya kita berpikir, Siapa yang memberi nikmat padamu tanpa batas? Cinta siapa yang abadi? Tentu kita semua udah tau jawabnya, hanya Allah SWT. Gimana? Kalo' dibandingin khan juauuuh banget bedanya.
Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh….
Keberadaan warkah ini di tanganmu sudah cukup untuk menyentuh rasa hatiku, terasa syukur yang tidak terhingga kepada Allah swt kerana menemukan kita kembali di dalam lembaran ini.
Alhamdulillah, diri ini ketika ini sehat dan berada di dalam keadaan yang baik. Bagaimana khabar dirimu dan imanmu di sana? Semoga berada di tahap yang diingini dan semoga berkah dan rahmat Allah senantiasa mengiringi langkahan kakimu. Semoga engkau menapak dengan penuh rasa kehambaan…
Sesungguhnya saat ini hati ini masih terus menanti. Dan sesungguhnya penantian itu seperti suatu yang berat untuk ditanggung. Tetapi seperti katamu, sabar itu buahnya manis. Sabar itu memberi arti. Dan diri ini sedikit sebanyak tenang dengan pujukan itu.
Hati ini hanya mampu berkata dalam diam. Tidak perlu mengungkapkan semua itu sekarang kerana diri ini memahami yang itu semua akan mengundang rasa yang kurang enak di dalam hati. Semoga kita memperbanyak istighfar apabila mengingat perkara ini. Jangan sampai terperangkap di dalam zina hati!Jangan terpedaya oleh nafsu kerana ingatlah akan sabda Rasulullah saw ini….
“Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam)” (HR. Hakim).
Waktu akan terus berlalu dan saat itu akan tiba tidak lama lagi. Diri ini terus bersiap untuk menerima perubahan keadaan yang baru. Moga nanti diri ini akan menjadi permaisuri yang berada di dalam hatimu hingga ke akhir hayat. Dan menjadi isteri yang solehah seperti yang diidamkan tiap suami…
Ingatkah dirimu akan ayat ini….
”Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Furqan:74)
Doa’ yang dititipkan kita setiap kali selepas solat… Moga moga kehadiranmu adalah anugerah paling bermakna di dalam hatiku…Kadangkala terdetik rasa takut dan gusar di dalam hati ini kerana dirimu tidak pernah kutemui. Kelihatannya lucu bagi ramai orang, bagaimana kedua insan yang belum pernah bertemu boleh disatukan. Tetapi diri ini menyerahkan sepenuhnya kepada Allah akan urusan ini. Telah kuingatkan diriku, di setiap doa’ dan sujudku, seandainya dirimu adalah milikku… dekatkanlah.Jika bukan, maka jauhkanlah… tetapi ternyata perjalan urusan ini semakin dimudahkan Allah. Dan nyata, yang perlu dilakukan hanya menyemai kasih dan cinta padamu selepas pernikahan dan itulah yang terbaik buat diri ini kerana diri ini hanya mahu keredhaan Allah di dalam setiap langkahan kaki dan perbuatan.Insya Allah, segala perbuatan yang baik itu akan dibalas dengan kebaikan juga. Dan ingatlah wahai calon suamiku, tiap perbuatan dan tingkahlaku kita akan diikuti oleh generasi selepas kita. Jadi berwaspadalah dengan setiap tutur kata dan perilaku…
اللهم لك اسلمت وبك آمنت,وعليك توكلت,واليك انبت,وبك خصمت,واليك حا كمت فاغقرلي ماقدمت وما اخرت وما اسررت وما اعلنت,انبت المقدم وانت المؤخر, لااله الا انت ولا حول ولا قوة الا با لله
Ya Allah hanya kepadamu aku berserah diri ,beriman, bertawakkal, kembali dan hanya bersandar kepadaMu aku mengambil keputusan. Kerana itu perkenanlah Engkau mengampuni dosaku yang telah lampau dan dosa yang akan terjadi, apa yang aku rahsiakan dan apa yang aku tampilkan .Engkaulah yang mendahulukan dan yang mengakhirkan, tiada Tuhan selain Engkau, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu Allah.
Doa’kan diri ini di dalam solat malammu…. S'moga keyakinan kita padaNya makin kuat dan keputusan ini bukanlah sesuatu yang silap. Yakinlah pada rasa hatimu….
Jagalah iman dan amalmu, semoga waktu yang dinanti akan menjelma nanti.Banyakkanlah berdoa’ dan bertawakkal pada Allah swt.Semoga terus berada di dalam redhaNya…
Calon zaujahmu…
Ku ambilkan polpen dan ku mulai mencoret-coret isi diary ku dan ku tuankan segala pikiranku yg selama ini aku rasakan...jam diding berbunyi menujukkan jam delapan malam. 23 Agustus. Suasana malam begitu dingin, angin yang begitu kencang membawa suasana malam terasa dingin menusuk hingga ke tulang.Pukulan-pukulan angin yang kencang membuat bulu2ku merinding kedinginan.
di dalam Sahkohku (rumah), di depan jendela aku berdiri tegak dan melemparkan pandanganku ke atas langit yang luas, kelap-kelip bintang yang menghiasi suasana malam, meski angin begitu kencang menusuk-nusuk tubuhku, sesekali aku membenarkan jaket biru kesukaanku, ku melangkah ke lemariku dimana aku simpan sebatang rokok. Hanya bintang yang menemaniku dan sebatang rokok yang menghangatkan tubuhku.
Bagi seorang lelaki yang udah berumuran dua puluh satu tahun telah nampak tanda-tanda kedewasaan. Dan itu pula yang aku pikirkan selama ini yang sedang aku pikirkan seorang diri. Pikiranku mengembara menembus mega-mega hitam laksana singa di padang pasir.
Ah...,hidup ini memang misteri. nggak nyangka, betul-betul nggak nyangka kalau selama ini aku menyimpan rahasia dimana hatiku terus berdebar di kala mengingat akan dirinya. Ah apa mungkin ini yang dinamakan MAHABBAH? Aku mulai memainkan jari-jariku dan mengempal-ngempalkannya untuk mengusir hawa dingin yang mulai merayap-rayap tubuhku.
Angin malam dan bintang-bintang ini yang menjadi saksi, kalau aku ternyata diem-diem mulai menyukainya dan dengan keterdiaman itu aku mulai memiliki sebuah harapan. Perkenalanku ma dia hanya sebuah misteri yang mempunyai makna dan memory yang membuat hatiku berdebar-debar...Bener-bener sebuah misteri...
Ku seret kakiku menuju sebuah kursi yang berada di ruang tamu yang deket dengan diriku.Kaki yang dari tadi sudah mulai gemetaran menahan terjangan dingin angin-angin malam. Oh..apakah dia juga merasakan apa yang aku rasakan saat ini?tik...tik..tik.. aku terkejut dengan suara handphoneku,aku segera menuju ke arah bunyi handphoneku, oh ada sms dari dia,ku baca berlahan-lahan seperti air yg mengalir mengikuti arus, ternyata selama ini dia juga merasakan apa yang aku rasakan...
Sejurus kemudian aku jemu memandang langit yang ditaburi bintang-bintang. ku melangkah ke arah kasurku sambil ku memandang ke langit-langit n berulang-ulang membaca sms dari dia. suasana dingin selalu menyelimuti badan ku, ku ambilkan selimut untuk mengusir rasa dingin, kehangatan sang selimut seperti pahlawan yang selalu menjaga malamku dan kehangatannya membuatku terlelap.
Jam dindingku berbunyi menujukan jam lima sore Langit di negri kinanah tak lagi mendung. Angin siang tadi baru saja mendorong mega-mega menjauhi kota. Sinar matahari yang mulai meredup menambah suasana sore yang cerah lebih bernuansa.tik...tik..tik bunyi handphoneku, ternyata da sms dari dia yang bunyinya " ka gimana kabarnya n ngi ngapain? hanya kalimat-kalimat itu membuat aku bertanya-tanya. apakah dia selama ini bener2 mencintai aku atau menyimpan rasa suka sama aku?
Bersambung?
Ketika rasa lelah memeluk langkahmu
Anggaplah aku sebagai sebuah pavilliun kecil
Yang semoga bisa memberimu sedikit kesejukkan
Hingga terlepas segala penatmu
Suatu saat,
Ketika resah menyesakkan hatimu
Aku memiliki sepasang telinga untuk mendengar apapun darimu
Ungkapkan saja semua
Karena aku adalah pendengarmu yang paling setia
Bahkan saat kau marah
Berteriaklah di telingaku
Hingga hatimu merasa lebih baik
Keberadaanku di dekatmu,
Bukan untuk membebanimu
Tapi untuk merasakan apa yang sedang kau rasakan
Karena aku akan merasa lebih berarti
Saat kau selalu tersenyum jika di dekatku
Tentang panggilan apa yang akan kau tujukan padaku
Tak perlu kau risaukan itu
Yang perlu kau tahu adalah....
Kau ada di hatiku
itu saja
Tentang kata yang tak pernah ku lafalkan
Mungkin untuk saat ini kau tidak akan mendengarnya dariku
Kata-kata itu hanya akan mendatangkan kegelisahan
Untuk apa dibicarakan
jika hanya akan berujung pada angan-angan dan ketidakjujuran
Jauh di relung hatiku
Hanya terlintas untuk melakukan sesuatu
Selalu ingin memberikan yang terbaik
Yang mungkin bisa memberi arti bagimu
Jangan bebani pikiranmu
Akan bagaimanakah akhir dari perjalanan ini
Apa yang akan kita hadapi esok hari
Pun kita tidak pernah tahu
Jangan biarkan hatimu terbelenggu
Oleh impian dan harapan yang belum pasti
teruskan langkahmu
Dengan caramu sendiri
Menjalani hari-hari seperti air mengalir
Mungkin aku tak punya banyak waktu untukmu
namun saat kita bicara
meski satu jam saja
Aku sangat menghargai setiap detiknya
Aku bukan hanya teman melepas rindu
Tapi aku juga bisa menghapus air matamu
Selama Tuhan masih memberiku waktu
Aku akan ada untuk membuatmu tersenyum
Apa yang sebenarnya manusia cari dalam hidupnya yang singkat ini ?
Jika kita mengutarakan pertanyaan tersebut pada orang-orang di luar sana, mungkin kita akan memperoleh jawaban yang berbeda-beda. Ada yang menjawab pahala sebanyak-banyaknya biar masuk surga, ada juga yang menjawab harta yang melimpah agar bisa hidup makmur sejahtera di dunia sampai tujuh turunan, ada yang menjawab pasangan hidup dan lain sebagainya.
Namun diantara sekian jawaban tersebut ada pula yang menjawab “ILMU” . Dan Saya lebih condong pada jawaban yang terakhir.
Ya..ILMU ! Dengan ilmu kita bisa melakukan banyak hal dan ilmu juga membantu kita untuk memperoleh banyak hal yang kita inginkan di dunia ini. Tentu saja, secara umum manusia pasti mencari kebahagiaan di dunia ini. Adakah manusia yang tak ingin bahagia ? Rasanya menyedihkan sekali hidupnya jika tak bisa mereguk kebahagiaan di dunia ini, meskipun dunia ini hanya bersifat sementara.
Saya sering sekali mendengar ungkapan orang-orang di sekitar Saya bahwa “hidup itu harus dinikmati” atau “hidup itu sudah susah, makanya jangan dibikin jadi tambah susah”
Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita menikmati hidup ? Apakah dengan “terlahir tanpa dosa, kecil dimanja-manja, besar berfoya-foya dan mati masuk surga ?” Lha kok enak sekali ?
Tapi ada juga ungkapan yang sedikit extrime yang pernah Saya dengar, bahwa “di dunia ini tidak ada yang gratis”
Inilah awal masalahnya, karena di dunia ini tidak ada yang gratis maka kita harus memiliki sesuatu yang akan mempermudah kita untuk meraih apa yang kita inginkan. Sesuatu itu bernama ILMU. Apa dasarnya ??
Mari kita telusuri bersama…
Sejak kita dilahirkan ke dunia, orang tua pasti akan mengajarkan kita beberapa hal mendasar, misalnya seperti bahasa bilabial atau bahasa bibir.
Sang Ibu akan membimbing bayinya untuk mengucapkan kata “Mama” atau “Ma’em”(makan), itu adalah kata pertama yang lazim diajarkan Ibu pada bayinya. Setelah bayi berumur 2 tahun Sang ibu akan membimbing untuk berdiri dan berjalan sendiri. Lalu saat bayi berumur 3-4 tahun, orang tua akan mengajari kita mengenal sekitar, seperti mengenal orang-orang di sekitarnya, mengenalkan pada alam dan lingkungan, mengenalkan pada angka dan huruf sebagai bekal Anak untuk memasuki sekolah Taman Kanak-kanak. Semua itu adalah ilmu yang kita dapatkan di rumah sebagai pendidikan pra sekolah. Mungkin bagi keluarga yang taraf hidupnya di atas rata-rata, mereka bahkan sudah memberikan les ini dan itu pada anak sebagai pendidikan pendamping di samping pendidikan yang akan didapatkan di sekolah, misalnya les musik, bahasa asing, melukis dan sebagainya.
“Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air”
Memang benar, karena pada usia dini otak kita lebih mudah untuk menyerap banyak ilmu. Karena itulah para orang tua tidak membiarkan waktu si kecil terlewatkan hanya untuk bermain.
Memasuki usia sekolah, sudah tentu kita akan mempelajari ilmu lebih banyak lagi, baik yang intrakurikuler maupun extrakurikuler. Mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum atau Sekolah Menengah Kejuruan. Setelah itu ada yang meneruskan lagi ke Universitas atau Institute, dari S-1, S-2, S-3 dan seterusnya.
Menuntut ilmu sama sekali tidak mengenal batas usia. Bahkan ada program Kejar Paket untuk mereka yang pernah putus sekolah dan ingin melanjutkan kembali, meski sudah bukan usia sekolah. Lalu mengapa kita harus mencari banyak ilmu ? Sederhana saja jawabannya, karena ilmu adalah bekal kita untuk hidup. Semuanya bersumber pada ilmu. Tidak percaya ? Mari kita lanjutkan penelusurannya…
Sebuah contoh yang sederhana saja, ilmu akan membantu kita mengenal Sang Pencipta dengan “sempurna”. Yang dimaksud dengan sempurna disini adalah bagaimana kita bisa beribadah secara benar. Bagaimana cara membaca Al-Qu’an untuk kemudian memahami isi yang terkandung didalamnya. Bagaimana cara kita mendekatkan diri pada Sang Pencipta dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Bagaimana cara kita menjaga alam dan sumber daya yang kita miliki agar kita bisa memanfaatkan dan memetik hasilnya tanpa merusak kelestariannya.
Ilmu dalam beribadah bukanlah kelengkapan serba tahu tentang pernak-pernik keagamaan yang mendalam, melainkan sekedar memahami apa hakikat dan tujuan beribadah itu sendiri.
Ilmu yang diridhai Allah adalah yang memberikan hasil bagi tersingkapnya tabir hati, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang pancarannya luas di dalam dada dan dengan ilmu itu terbukalah penutup hati.
Dalam bahasa yang lebih menyentuh rasa, Rasulullah mengatakan, “Apabila dengan bertambahnya ilmu pada diriku tiap hari namun tidak menambah pendekatanku pada Allah, maka tiada berkah bagiku terbitnya matahari tiap pagi”
Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah salah satu sufi yang tidak pernah puas dengan ilmu yang telah mengangkat derajatnya menjadi pengabdi Allah yang sejati. Kehausannya pada ilmu melebihi dahaganya kepada air dimana ia pernah terlunta-lunta di tengah padang pasir selama tujuh hari tujuh malam dalam perjalanannya menuntut ilmu. Lantaran hanya dengan ilmu ia mendapatkan kunci untuk beribadah secara benar. Hanya dengan ilmu ia dapat lebih mendalam memahami wahyu Allah dan ajaran para sufi lainnya.
Contoh lain, ketika kita menamatkan pendidikan akademik, kita tentu ingin mencari pekerjaan yang akan menopang hidup kita di kemudian hari. Saya jadi teringat dengan kalimat Haji Romli dalam sinetron Kiamat Sudah Dekat, beliau mengatakan, “Orang itu mesti kerja, biar punya harga diri”
Saya rasa kalimat tersebut 100% benar adanya, dan lagi-lagi, lapangan pekerjaan hanya akan menerima orang-orang berilmu. Semakin tinggi ilmu seseorang maka ia akan memperoleh banyak kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan. Posisi yang akan didapatkan pun makin “basah”.
Yang dimaksud dengan basah disini adalah posisi yang bisa mendatangkan banyak penghasilan. Dalam hal ini tentu saja UANG.
Uang adalah harta, dan harta akan mudah didapat jika kita punya ilmunya.
Setelah mendapatkan penghasilan yang cukup, inilah saatnya untuk mencari pasangan hidup, dan jangan salah, mencari pasangan hidup itu juga ada ilmunya. Bagaimana kita bisa mengenali karakter calon pasangan hidup kita yang sebenarnya, mempelajari dan beradaptasi dengan cara hidupnya, mempelajari pandangan hidup di masa depan dan cara berfikirnya, untuk kemudian dicocokkan dengan yang kita inginkan. Nah, jika sudah begini, adakah yang lebih berperan daripada ilmu ?
Ilmu yang kita dapatkan Insya Allah akan menanamkan budi pekerti dan akhlak yang baik dalam jiwa kita, sehingga selain menjadi orang yang berilmu kita juga menjadi manusia yang lebih beriman dan bertaqwa kepada Allah, serta didambakan setiap orang. Bahkan terkadang, orang yang kehidupannya sudah tampak “sempurna” pun masih terus mencari ilmu dengan membaca, mengikuti perkembangan teknologi dan lain-lain. Tapi yang paling penting adalah bagaimana kita menggunakan ilmu itu untuk menyiapkan bekal kita menghadap Sang Pencipta.
Manusia bisa memimpin dunia karena ilmunya, manusia bisa sampai ke bulan karena ilmunya, dan manusia bisa bertambah kadar keimanannya serta makin dekat dengan Sang Pencipta juga karena ilmunya. Dengan ilmu, kita bisa melakukan banyak hal dan memperoleh banyak hal untuk kebahagiaan di dunia bahkan juga di akhirat, Insya Allah.
Lalu bagaimana dengan Anda ??
Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan, manakala kebencian membawa kepada kemusnahan. (Mahatma Ghandi)
Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Kerana Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.
Melihat kebahagiaan orang yang dicintai adalah satu kebahagiaan buat diri kita juga walaupun hanya mampu dipandang dari jauh.
Terputus cinta memang menyedihkan. Harus diingat bahwa perpisahan itu ditentukan oleh jarak dan masa dan bersedih karena cinta terhalang dan tidak kesampaian, anggaplah kesedihan itu seperti hujan walau lebat atau gerimislama kelamaan pun pasti akan reda jua.
Ada 2 tetes air mata mengalir di sebuah sungai. Satu tetes air mata itu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapakah kamu?”. Jawab tetes air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu saja.”
Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.
Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sekali-kali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sekali-kali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu mencoba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.
Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.
Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.
Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.
Jangan melarikan diri dari ‘cinta’ apabila ia berada di hadapan kamu. Jangan melarikan diri daripadanya kerana suatu hari nanti, kamu pasti akan teringatkannya kembali dan menyesali perbuatan kamu itu.
Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat (Hamka)
Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.
Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Seandainya kamu ingin mencintai atau memiliki hati seorang gadis, ibaratkanlah seperti menyunting sekuntum mawar merah. Kadangkala kamu mencium harum mawar tersebut tetapi kadangkala kamu terasa bisa duri mawar itu menusuk jari.
Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.
Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping. Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.
Kaum lelaki sering mempersoalkan kelemahan wanita karena sering mengalirkan airmata. Tetapi, segagah-gagah dan perwiranya lelaki, sedarlah bahwa suatu hari nanti mereka juga akan mengalirkan airmata syahdu kerana satu perkara kecil yaitu kerana CINTA. Alangkah misterinya cinta seorang wanita yg dianggap lemah sehingga bisa mengalirkan airmata seorang wira! Aneh, tetapi itulah hakikatnya.
Tuhan ciptakan 100 kebahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 kebahagia diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu kebahagiaan itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.
Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinga kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan kerana perginya tanpa berpatah lagi.
Terputus cinta memang menyedihkan. Harus diingat bahawa perpisahan itu ditentukan oleh jarak dan masa. Kalau bersedih kerana cinta terhalang dan tidak kesampaian, anggaplah kesedihan itu seperti hujan – walau lebat atau lama sekali pun pasti akan reda jua.
Jangan kerana cinta, kita gugur dari perjuangan, dan jangan kerana cinta juga, prinsip kita menjadi larut dan cair.
Cinta tidak semestinya akan berakhir dengan perkahwinan dan perkahwinan juga tidak semestinya akan menoktahkan titik akhir kepada percintaan.
Kesetiaan akan mengikat cinta, kecurangan akan meranapkan segala kemanisan cinta. Sesebuah perkahwinan akan menjadi indah jika cinta terus bersama.
Cinta sejati ialah kasih Tuhan kepada hambaNya. Kasih murni ialah kasih ibu bapa kepada anaknya. Kasih saudara masa berada. Kasih sahabat masa binasa. Kasih suami isteri sepenanggungan. Kasih orang menaruh harapan.
Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.
Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang dan bukan siapa dia sebelumnya. Kisah silam tidak perlu diungkit lagi kiranya kamu benar menyintainya setulus hati.
Rasa percintaan lebih pahit dari empedu .Teman percintaan ialah sayu dan pilu, namun demikian, dara dan teruna tetap berpusu-pusu terjerumus ke dalamnya kerana dianggap seperti lautan madu (Raja Pedang Deir)
Hati-hati dengan cinta, kerana cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta palsu.
Banyak bintang di langit tetapi hanya satu saja yang begitu bercahaya sehingga dapat menarik perhatianmu. Dari kalangan yang kamu pilih untuk kebaikan ialah sebutir bintang yang sanggup menyinari kamu walau dimana saja kamu berada.
Tak usah sebut pasal cinta jika kamu tidak benar-benar mengambil kisah. Tak usah bercerita tentang perasaan, jika ia tidak berada di hatimu. Tak usahlah menunjuk ke dada, jika kamu berhasrat melukai hati kekasihmu
Minat bukan bermaksud cinta, bangga bukan berarti cinta, kagum juga bukan bermaksud cinta, dan suka juga tidak serasi dengan cinta, malah sayang pun bukan cinta. Tetapi, cinta itu adalah cinta.
Love...when in love everything, begins to look beautifull
every dream seems to come true, all your goals change direction
even the wind changes its course, eyes search for colours
and now even red starts to look nice
every moment...every time...always, there's only one name on the lips
"Manusia tidak jatuh 'ke dalam' cinta, dan tidak juga keluar 'dari cinta'. Tapi manusia tumbuh dan besar dalam, cinta,"
Cinta, di banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.
Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta.
Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan. Bandung Bondowoso tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sangkuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi seorang yang ternyata ibunya sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik.
Engkau datang dengan buah peer di tanganmu dan senyum yang mengembang ketika kelelahan intelektual merambati sendi-sendi hidupku.
Dunia memang seringkali membuat kita murung,
Tapi takkan pernah kulupa bahwa dunia ini pula yang telah menghadirkanmu kepadaku di suatu anakronisme dimensi senja.
Engkau,
keajaiban yang selalu kuhirup dalam esai-esai maupun doa
engkau,
sel inti yang selalu melekat pada membran kesadaranku
engkau,
konduktor paling hangat yang mendiangkan perapian hatiku
engkau,
segala metafora dan simbol cinta-cinta
Namun, aku bukan bunga jika engkau ingin menyeduh keharuman. Aku bukan merpati jika engkau mendambakan terbang tinggi dengan liukan yang cantik. Dan aku bukan semacam hormon yang mengalirkan senyawa kebahagiaan ketika mungkin kau sangat membutuhkannya. Mungkin aku hanyalah kotak pandora yang akan menghancurleburkanmu ketika kau mulai membukanya. Mematikanmu dan segala asa yang di awal telah telanjur tertabur. Sudah sering kukatakan, seandainya senyum saja telah cukup memberanikanmu merengkuh kotak pandora itu dan selalu ingin membawanya kemanapun engkau pergi, tentu aku akan sangat bahagia. Namun kita tahu tidak semua hal yang berpotensi membahagiakan bisa kita raih begitu saja.
Dalam kurun waktu persilangan alami bunga-bunga, engkau berkata:
“empat tahun sudah lebih dari cukup untuk tahu bahwa aku telah terbakar sejak awal. Kalaupun segala ketidakstabilanmu yang statis itu terus mendera, kamu tahu, sudah tiada lagi yang belum kukenali. Itulah kamu, dengan segala paradoks dan ruang anomali yang selalu kutinggali karena seringnya dirimu memanjakan diri dalam diam dan sendiri tanpa menyertakan aku dalam kontemplasi entah-apamu itu. Yah.. itulah dirimu, kini dengan tersenyum aku mampu mengatakannya. Kau mungkin tertarik dengan musim semi di negeri antah berantah itu ketika bosan menungguiku menyelesaikan proyek masa depan kita yang bernama pekerjaan. O oow, kita tidak pernah lupa sifat dominanmu yang moody itu kan? Maka kaupun bertanya pada tiap orang lewat, adakah cinta untukmu? Tetapi Dek, adakah orang yang mengenalmu lebih baik dari aku?? Cukup retoris tentu. Mungkin aku juga sering memicu berfungsinya kelenjar air mata di tiap harimu, tetapi cintaku, siapakah orang yang lebih tahu cara membuatmu tersenyum hanya dengan segelas es kelapa muda? Jauh sebelum engkau harus lebih dulu membahasakannya. Hmmm..setelah lama ku berpikir, sebenarnya tidak ada hal rasional yang membuatku bertahan mencintaimu. Kamu sering justru membuatku lelah setelah letih seharian bekerja dan masih harus mendengar rengekan manjamu yang aneh-aneh itu. Kamu sering membuatku putus asa menebak-nebak apa yang membuatmu menangis sementara mulutmu terkunci rapat tak ingin bercerita. Sehari ini kamu bisa sangat gembira seperti lolipop, padahal kemaren kamu masih seungu lembayung di sawah-sawah yang kupotret. Sangat fluktuatif... hhh, mungkin kamu memang selalu datang dan pergi, tetapi apa yang tetap mengikatku disini, adalah seperti Andre Hehanusa yang menyanyikannya, “Karena Kutahu Engkau Begitu”.
Ku buka kembali tulisan yang telah lama ada di inbox mailku. Berharap masih menemukan kekuatan dalam tiap katanya. Betapa aku sangat membutuhkannya sekarang. Seorang yang mengeja dengan senyum bahasa penerimaan dan ketulusan. Seseorang yang diciptakan Tuhan, khusus untuk kita. Satu orang saja, tidak perlu dua, tiga ataupun sejuta. Cukup satu. Dan biarkan dia hanya untukku, seperti aku yang hanya untuknya. Sekarang dan selamanya. ‘Karena ku tahu engkau begitu’ akan selalu menjadi puisi abadi yang bernyanyi.
Dari ketiga keajaiban yang pernah dialami manusia, tentu kekuatan cinta adalah salah satunya..
Diam, hentikan bicara, Sebelum dinding-dinding itu mendengar, mereka bertelinga, tapi tak bisa simpan rahasia
Apa kau merasa bahwa Tuhan telah menganugerahkan jalan pikiran yang sama pada kita ? Hingga kitapun memiliki kegelisahan yang sama
Maka hentikanlah, jangan bicarakan itu hari ini
Kita telah sepakat, bukan ?
Kita tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, kita juga tidak ingin semua ini berubah menjadi tidak menyenangkan
Maka apa yang sudah ada, kita jaga saja
Meski kita rasa, tak perlu bicara, karena di sini sudah terlalu banyak orang yang bicara, mereka bicara ini dan itu, melambungkan angan dan mimpi…
Aku tak ingin kau terbelenggu dan kau tak ingin aku tersakiti
Bukankah itu lebih indah dari apapun ?
Kita hanya ingin saling menjaga, itu sudah cukup, setidaknya untuk saat ini
Itulah yang bisa kita lakukan saat ini
Cobalah sekali ini saja…BIARKAN CINTA MENUNGGU
Biarkan sepi bicara, biarkan rindu merayu, biarkan semua mengalir seperti apa adanya
Biarkan sang waktu yang akan menjawab segala resah hati
Desir angin, rinai hujan, tetes embun pagi, matahari…
Mereka semua yang akan menyampaikan padamu segala yang tak terucap olehku hari ini…
Apa kau tahu…?
Bukan jarak ini yang membuat kita jauh, karena jarak yang terjauh antara kita adalah ketika kita tak bisa melakukan apapun untuk satu sama lain, ketika kita tak tahu apa-apa lagi tentang diri masing-masing…
Samudera itupun tak terlalu menjadi penghalang, karena saat kita berbagi, bicara jujur dan terbuka dari hati ke hati, saat kita saling bersandar, saling mendukung dan saling melengkapi, jarak itu akan terhapus seketika, kita tidak akan pernah merasakan adanya jarak itu…
Tak perlu berikan kata manis untuk melambungkan hatiku, tak perlu merayu untuk menyanjungku, sesungguhnya… aku tak perlu semua itu
Aku akan lebih menghargai saat kau lakukan sesuatu yang sederhana namun nyata…seperti saat kau bantu aku berdiri tanpa mengadili, kau ulurkan tanganmu saat aku terjatuh, saat aku berusaha untuk selalu ada kapanpun kau butuh aku untuk sekedar mendengarmu…itulah yang membuat aku bertahan di dekatmu, itulah yang membuat jalinan ini bermakna…karena aku merasa lebih dihargai dengan kejujuranmu, meski pahit yang harus kudengar…
Bila embun pagi itu datang setiap hari dan memberimu kedamaian beberapa detik, maka saat kau ada di dekatku, kedamaian itu kurasakan di setiap detiknya…itu saja yang bisa kukatakan padamu hari ini
Selebihnya…aku hanya teman bicara..atau pendengar setia curahan hatimu
Tapi aku punya doa untukmu, sebuah doa tulus yang kupanjatkan atas namamu
Tuhan pasti akan mendengar, dan semoga Tuhan berkenan memberikan cahayaNya untuk terangi jalanmu, menyiramkan kasihnya dalam relung hatimu agar kau lebih bijak dalam setiap pertarunganmu
Yakinlah selalu bahwa Tuhan akan berikan kemudahan untuk menghadapi apapun, meski kesulitan itu pasti ada, meski ketidakpastian itu selalu datang dalam setiap perjalananmu, namu Tuhan pasti akan menuntun langkahmu dengan cintaNya, cinta yang paling hakiki…
Dan aku bersaksi, aku pernah melihat cinta Tuhan melalui bunga anggrek bulan dan mawar padang pasir yang tengah bermekaran di luar jendela kamarku…Saat bunga-bunga itu tak hanya kusiram dengan air, tapi juga dengan cinta dan senandung doa…kemudian aku melihat keajabanNya…
Keindahan dari mekarnya bunga-bunga itu jauh melebihi apa yang aku harapkan, meski dibutuhkan sedikit kesabaran…
Kini aku mengerti, hanya cinta Tuhan lah yang membuat dunia ini menjadi indah…
Cinta itulah yang belum kutemukan pada manusia yang pernah menanamkan cintanya di hatiku
Terimakasih, kau beritahukan padaku apa ketakutanmu…
Tak perlu resah, tetaplah menjadi dirimu sendiri, seperti semula…jauh sebelum kau mengenalku
Karena aku juga tak pernah berusaha merubah diriku menjadi lebih indah hanya untuk mengambil hatimu
Aku ingin tahu lebih banyak lagi tentang dirimu, apa adanya dirimu…
Akupun tak akan memberikan polesan apapun pada diriku sekedar untuk memikat hatimu…ini aku, apa adanya
Jika kau merasa aku punya arti bagimu, aku akan berusaha untuk selalu ada untukmu
Bila saja aku punya cinta untuk seseorang, tidak akan pernah kubiarkan cinta itu menyentuh kebebasannya, atau lebih baik kubiarkan saja rasa itu pergi dan tak pernah kembali lagi tanpa diketahui oleh orang yang kucintai jika hanya menjadi belenggu baginya…
Karena aku mengerti, ada saatnya kau harus pergi meraih mimpi…
Mimpi yang telah sekian lama kau rangkai jauh sebelum kau bertemu denganku…
Ada saatnya kau ingin berjalan sendiri, melakukan segala sesuatu yang kau sukai…
Maka maafkanlah waktu yang kadang begitu sempit dan tak berpihak pada kita…
Namun setidaknya, kita dapat melihat jejak-jejak langkah yang tertinggal di belakang…ada tawa, canda dan cerita tentang kita yang menghiasi setiap tapak bekas kita berpijak…itulah kenangan terindah kita, simpan dalam kotak rahasiamu dan biarkan hanya kita yang punya kuncinya
Anggaplah kebersamaan kita sebagai simbol dari ketidak sempurnaan manusia…No Body’s Perfect…
Dimana manusia itu saling membutuhkan satu sama lain, saling mengisi…
Saling menopang dan saling mengingatkan…agar kita bisa menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi yang lain
Ini bahuku sebagai sandaran letihmu, kubuka hatiku untuk menerima segala keluh kesahmu…dan ulurkan tanganmu lagi saat kau melihat aku terpuruk…please stay for being beside me…always..
Kehadiranku di sini, mungkin sebagai SAHABAT SEJATI…mungkin SANDARAN HATI…
Tapi apapun itu, cukuplah untuk kita hari ini…
Entah esok hari…Entah lusa nanti…
Entah…
“BERHATI-HATILAH DENGAN APA YANG KELUAR DARI LISAN KITA, KARENA TIDAK SEMUA ORANG TAHU APA YANG KITA PIKIRKAN DAN TIDAK SEMUA ORANG PUNYA PIKIRAN YANG SAMA DENGAN APA YANG KITA PIKIRKAN
“KESALAH PAHAMAN YANG SERING TERJADI DISEBABKAN KARENA KITA MENGANGGAP ORANG LAIN BERPIKIRAN SAMA DENGAN KITA, TIDAK SEMUA MAKSUD KITA BISA TERSAMPAIKAN DENGAN KATA, DAN TIDAK SEMUA ORANG BISA MENGERTI MAKNA DARI SETIAP TUTUR KATA YANG KITA UCAPKAN”
“JANGAN MELAKUKAN SESUATU YANG TIDAK KAU YAKINI KARENA HAL ITU BISA MEMBUATMU KEHILANGAN JATI DIRI”
Bagaimana perasaan seorang pria jika dikelilingi banyak wanita? Jika pertanyaan itu disodorkan kepada saya, maka ungkapan “bangga” nampaknya cukup mewakili perasaan saya. Saya senang setiap hari dikelilingi wanita cantik, shalihah pula. Dan tentu pada saat itu saya semakin merasa menjadi ‘pangeran’. Ups, jangan curiga dulu, karena wanita-wanita cantik nan shalihah yang saya maksud adalah Ibu, kakak dan adek saya. Insya Allah.
Tidak hanya itu, saya juga lebih banyak disentuh oleh wanita,yaitu ibu saya . Sebuah naluri kedekatan anak terhadap ibunya yang tidak sekedar karena telah menghisap ratusan liter air susu ibunya, melainkan juga ikatan bathin yang tak bisa terpisahkan dari kehangatan yang senantiasa diberikan seorang ibu terhadap anaknya.
Karena itulah, dalam hidup saya tidak ingin berbuat sesuatu yang sekiranya dapat mengecewakan dan melukai seorang wanita. Namun sikap yang tepat dan bijak harus diberikan seorang pria mengingat wanita itu terbuat dari tulang rusuk yang bengkok, yang apabila terdapat kesalahan padanya, pria harus berhati-hati meluruskannya. Terlalu keras akan mematahkannya, dibiarkan juga salah karena akan tetap pada kebengkokannya. Meski demikian, tidak sedikit pria harus membiarkan wanita kecewa demi meluruskan kesalahan itu, toh setiap pria yang melakukan itu pun sangat yakin bahwa kekecewaan itu hanya sesaat kerena selanjutnya akan berbuah manis.
Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam memperlakukannya akan merusak keindahannya, menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri. Ia ibarat selembar sutra yang mudah robek oleh terpaan badai, terombang-ambing oleh hempasan angin dan basah kuyup meski oleh setitik air. Oleh karenanya, jangan biarkan hatinya robek terluka karena ucapan yang menyakitkan karena hatinya begitu lembut, jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dengan menawarkan setangkup ketenangan dan ketentraman. Sebaiknya jangan sekali-kali membuatnya menangis oleh sikap yang mengecewakan, karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski airnya tak lagi membasahi kelopak matanya.
Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya untuk mendapatkan kecantikan sesungguhnya. Karenanya, melihat dengan tanpa membuka tabir hatinya niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu mengelabui mata. Orang perlu berjuang menyusur ombak, menahan arus dan menantang semua bahayanya untuk bisa meraihnya. Dan tentu untuk itu, orang harus memiliki bekal yang cukup sehingga layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu.
Wanita itu separuh dari jiwa yang hilang. Maka orang harus mencarinya dengan seksama, memilihnya dengan teliti, melihat dengan hati-hati sebelum menjadikannya pasangan jiwa. Karena jika salah, ia tidak akan menjadi sepasang jiwa yang bisa menghasilkan bunga-bunga cinta, melainkan noktah merah menyemai pertikaian. Ia tak akan bisa menyamakan langkah, selalu bertolak pandang sehingga tak memberikan kenyamanan dan keserasian. Ia tak mungkin menjadi satu hati meski seluruh daya dikerahkan untuk melakukannya. Dan yang jelas ia tak bisa menjadi cermin diri disaat lengah atau larut.
Wanita memiliki kekuatan luar biasa yang tak pernah dipunyai lawan jenisnya dengan lebih baik. Yakni kekuatan cinta, empati dan kesetiaan. Dengan cintanya ia menguatkan langkah orang-orang yang bersamanya, empatinya membangkitkan mereka yang jatuh dan kesetiaannya tak lekang oleh waktu, tak lebur oleh perubahan .
Dan wanita adalah sumber kehidupan. Yang mempertaruhkan hidupnya untuk sebuah kehidupan baru, yang dari dadanya dialirkan air susu yang menghidupkan. Sehingga semua pengorbanannya itu layak menempatkannya pada kemuliaan surga, juga keagungan penghormatan.
Untung saya bukan seorang penyanyi ngetop yang menjadikan wanita dan cintanya sebatas syair lagu demi meraup keuntungan. Sehingga yang tampak dimata hanyalah wanita sebatas bunga-bunga penghias yang bisa dicampakkan ketika tak lagi menyenangkan. Kebetulan saya juga bukan bintang sinetron yang kerap diagung-agungkan wanita. Karena kalau saya jadi mereka, tentu ‘kebanggaan’ saya dikelilingi wanita cantik bisa berbeda makna dengan kebanggaan saya sebagai seorang yang bukan siapa-siapa.
Bagusnya juga wanita-wanita yang mendekati dan mengelilingi saya bukanlah mereka yang rela diperlakukan tidak seperti bunga, bukan selayaknya mutiara dan tak selembut sutra. Bukan wanita yang mencampakkan dirinya sendiri dalam kubangan kehinaan berselimut kemewahan dan tuntutan zaman. Tidak seperti wanita yang rela diinjak-injak kehormatannya, tak menghiraukan jerit hatinya sendiri, atau bahkan pertentangan bathinnya. Juga bukan wanita yang membunuh nuraninya sendiri sehingga tak menjadikan mereka wanita yang pantas mendapatkan penghormatan, bahkan oleh buah hatinya sendiri.
Dan sudah pasti, selain tak ada wanita-wanita macam itu yang akan mendekati lelaki bukan siapa-siapa seperti saya ini, saya pun tentu tidak akan betah berlama-lama berdekatan dengan mereka,....... Semoga …
Woman was made from the rib of man, She was not created from his head to top him, Not from his feet to be stepped upon, She was made from his side to be close to him, From beneath his arm to be protected by him, Near his heart to be loved by him.
Sejatinya…..cinta itu tak pernah berubah, tidak bertambah dan tidak juga berkurang.
Yang berubah adalah kita, para pemuja cinta….
Yang membuat cinta serasa bertambah dan berkurang adalah pasang surutnya harapan manusia atas cinta itu…
Cinta itu tetap sama, sejak mula ia hadir di relung hati, sampai sebuah keadaan memaksanya untuk pergi
Cinta itu hidup…..bernafas dan berdetak…
Cinta ibarat baying-bayang…..
Bila terang ia hadir walaupun diusir
Bila gelap ia hilang walaupun diundang
Betapa cinta itu sesuatu yang rentan dan rapuh, maka itulah cinta harus dijaga….meski ia datang dan pergi sekehendaknya…
Cinta itu jeli…..cinta tidak akan sudi memberikan kesetiaannya pada manusia yang tidak setia pada cinta
Cinta tak pernah berpaling dari satu hati ke hati yang lain, yang berpaling adalah tatapan mata para pecinta yang selalu berdalih bahwa mencari dan memilih yang terbaik adalah hak setiap manusia…
Semua itu adalah cermin dari sifat para pecinta yang tak pernah puas dengan apa yang ada di hadapannya
Tuhan hanya menciptakan segumpal hati untuk setiap manusia, namun lihatlah betapa hebatnya para pemuja cinta itu…..mereka mampu menyimpan dua atau tiga yang mereka sebut cinta…..mungkin itulah cermin dari sifat tamak manusia….
Manusia tidak akan mampu memiliki lebih dari satu cinta dalam hatinya…
Sebenarnya cinta itu hanya satu…..ialah cinta sejati
Para pecinta serasa memiliki apartement bertingkat di dalam hatinya untuk cinta-cinta yang diagungkannya….cinta yang dianggapnya bisa membuatnya bahagia
Mungkin cinta sejatinya justru ada di lantai paling bawah….dialah cinta yang tak pernah pergi meninggalkannya bagaimanapun keadaannya….meski jatuh dan terpuruk….cinta itulah yang setia menemaninya
Namun sayang…..tidak semua pecinta menyadari keberadaannya…
Kadang ia ada di depan mata…tapi kita justru sibuk dengan cinta yang menawarkan janji-janji semu…..mungkin awalnya kita akan melambung karena janji-janjinya…namun pemuja cinta punya sifat mudah merasa jenuh…
Meski begitu indah, namun karena romansa cinta itu sudah menjadi rutinitas belaka, dan rasa jenuh itu membuat kita ingin mengakhirinya….
Sebenarnya kita menyadari semua itu, tapi itulah manusia…..masih saja tergoda dengan kepuasan sesaat….maka biarkan saja begitu….tak perlu menggerutu kenapa begini dan begitu…..itu sudah menjadi hukum alam…
Setiap manusia akan mengalami proses seleksi alam…..dimana pada akhirnya di hati kita hanya akan tertinggal satu cinta yang memberikan kesan terdalam….mungkin saja itu bukan cinta pertama, cinta yang lebih dulu hadir atau sejenisnya….
Cinta sejati sejati itu juga belum tentu cinta yang terakhir, karena tidak semua manusia bisa merasakan keberadaannya….
Cinta sejati tidak selalu dilabuhkan pada cinta yang lebih dulu hadir, namun tidak ada yang tidak mungkin jika tangan Tuhan sudah bekerja…Maka kita tak perlu jumawa dengan cinta yang kita miliki saat ini, karena kita tidak akan pernah tahu apa dan siapa yang akan kita temui suatu hari nanti…
Dengan segala kerendahan hati, Saya membagi semua ini untuk yang sedang dan akan jatuh cinta, untuk sama-sama kita pelajari, bahwa kadang cinta tak berakhir dengan baik-baik saja, tapi kita tak perlu terlalu lama menyimpan rasa sakit hati…
Seandainya kita bisa saling memberi dukungan, bisa memandang lebih realistis dan lebih bijaksana dalam menghadapi setiap kegagalan cinta…
Saya pernah mengalaminya, dan solusi untuk menghindari virus patah hati adalah…jangan pernah menyimpan rasa sakit itu terlalu lama, lupakan yang buruk dan ingat semua kebaikannya….tak perlu mengabadikan cinta yang telah pergi meninggalkan kita, apalagi jika kita sebenarnya menyadari bahwa cinta itu tak mungkin kembali lagi untuk kita….biarkan cinta itu pergi bersama pembawa cinta…
Apapun yang kita alami, hidup ini akan terus berjalan….terus berputar, kita harus punya harapan untuk bisa tetap bertahan hidup…
Cinta yang pergi tak perlu disesali, karena Tuhan telah berjanji pada hambaNya yang setia panjatkan doa dalam segala suasana hatinya….Tuhan berjanji akan menggantinya, bahkan mungkin melebihi apa yang kita inginkan…
Jika kita tak melepaskan cinta yang telah pergi, bagaimana kita bisa menyambut cinta yang akan datang pada kita…?
Pada saatnya nanti, saat musim dingin berganti musim semi yang indah….cobalah membuka hati kita untuk cinta yang lain….
Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya, pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah masa lalu. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "Nafsu" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Iimam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?".Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat. Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukaiperasaan saudaranya sendiri.
Mungkin aku harus jujur padamu, jika cinta yang tumbuh dalam batinku, dalam hatiku telah menjelma menjadi sebatang pohon. Pohon yang rimbun. Ranting-rantingnya kokoh, daun-daunnya hijau, dan akarnya menancap di kedalaman batin. Teramat dalam.
“Lantas kenapa? Adakah yang salah jika cinta menjelma sebatang pohon?” mungkin itu yang akan kau tanyakan jika aku telah berkata jujur padamu.
Maka akan kukatakan bahwa tak ada yang salah. Hanya, ada beberapa yang harus diketahui ketika cinta telah menjelma pohon. Dulu, cinta hanya berwujud biji. Biji itu adalah cintamu. Tak ada cinta lain yang hadir saat itu. Tapi kini, ketika cinta itu menjelma sebatang pohon. Pohon itu telah dengan sendirinya membuat cabang. Cabang pertama adalah engkau, dan cabang kedua adalah dia. Ya, dia yang tiba-tiba datang dengan kesendiriannya, dengan kediamannya, dengan kesunyiannya, dengan puisi-puisinya.
Aku pun tak tahu, inikah cinta yang dihantarkan malam? Ya, sayang. Malam-malamku adalah perbincangan panjang bersamanya. Bersama resah dan gelisah, bersama sepi dan sunyi.
Cabangmu dan cabangnya telah hidup pada batang pohon itu. Sama-sama tumbuh subur. Aku tak tahu dan tak ingin tahu, siapa yang lebih subur diantara kedua cabang itu.
Engkau dan dia adalah sosok yang berbeda. Engkau adalah cabang-cabang pohon dengan dedaunan yang lebat yang memberikan kesejukan, meyirami kehangatan dengan cinta dan rindu yang tak pernah habis untukku. Sedangkan dia, (sekali lagi harus kukatakan) dengan kelembutannya, kesetiannya, yang memberikan cahaya penerangan dalam batinku. Cinta, rindu, kasih sayang bahkan kelembutan diantara mereka menjadikan engkau dan dia adalah dua hal yang berbeda yang telah menancap dalam batinku.
Yang menjadikan kalian berdua sama adalah jarak. Jarak yang terbentang antara kita telah dengan sendirinya menciptakan perasaan lain. Engkau setia menyapaku lewat huruf-huruf, dia pun sama. Hanya menyapaku lewat huruf-huruf.
Maka kukatakan padamu malam ini, cinta telah menjelma sebatang pohon dalam batinku. Satu cabangnya adalah engkau dan cabang yang lain telah dihuni olehnya. Mungkin kejujuranku berlebihan. Tapi malam ini, aku hanya ingin mengatakan bahwa kedua cabangnya itu sama-sama rimbun dan memberi kesejukan.
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikiran. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, artinya,
“Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi). Valentine’s Day adalah salah satu contoh hari besar di luar Islam yang pada hari itu sebagian kaum muslimin ikut memperingatinya, terutama kalangan ramaja dan pemuda. Padahal Valentine menurut salah satu versi sebuah ensiklopedi adalah nama pendeta St. Valentine yang dihukum mati karena menentang Kaisar Claudius II yang merlarang pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu kiranya perlu dijelaskan kepada kaum muslimin mengenai hukum merayakan hari Valentine atau yang sering disebut sebagai hari kasih sayang.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, “Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wata’ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wata’ala dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran. Padahal dengan itu ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah subhanahu wata’ala.”
Abu Waqid meriwayatkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah bersabda, “Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan, “Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena alasan berikut:
Pertama; ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.
Kedua; ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah subhanahu wata’ala melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ (loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya telah membaca ayat,artinya,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7)
Bagaimana mungkin ia memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri justru menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.
Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman, yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (al-Maidah:51)
Di dalam ayat lainnya, artinya,
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22)
Ada seorang gadis mengatakan bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku!! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan dalam hadits qudsi, Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya,
“Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling berkorban karena Aku dan yang saling mengunjungi karena Aku.” (HR. Ahmad).(fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin)
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a.. Seorang muslim dilarang untuk meniru-niru kebiasan orang-orang di luar Islam, apalagi jika yang ditiru adalah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan, pemikiran dan adat kebiasaan mereka.
b.. Bahwa mengucapkan selamat terhadap acara kekufuran adalah lebih besar dosanya dari pada mengucapkan selamat kepada kemaksiatan seperti meminum minuman keras dan sebagainya. c.. Haram hukumnya umat Islam ikut merayakan Hari Raya orang-orang di luar Islam. d.. Valentine’s Day adalah Hari Raya di luar Islam untuk memperingati pendeta St. Valentin yang dihukum mati karena menentang Kaisar yang melarang pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu tidak boleh ummat Islam memperingati hari Valentin’s tersebut. Sumber: “Ada Apa dengan Valentine’s Day,” Al-Sofwa, dengan penambahan. (Kholif)
Netter Al-Sofwa yang dimuliakan Allah Ta’ala, Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya.
Semoga Allah Ta’ala Membalas ‘Amal Ibadah Kita. Aamiin
Wallahu a'lam bissawab——————————————————————————————————-
Ayam bakar yang gurih dan lezat ^^, cocok dihidangkan kapan saja n dimana saja, Makanan khas Taliwang ini rasanya sudah tidak asing lagi di lidah kita, dan mungkin sering kita nikmati di rumah-rumah makan.
Pingin coba buat sendiri ? .. ini resepnya :) .
Bahan:
1 ekor ayam, dibelah sesuai selera2 sendok makan air jeruk nipis1/2 sendok teh garam200 ml air1 sendok makan minyak goreng
Bumbu halus:7 butir bawang merah4 siung bawang putih4 buah cabai merah [boleh lebih kalau suka pedas]2 cm kencur1 sendok teh terasi1 buah tomat1 sdt garam
Cara Membuat:
1. Lumuri ayam dengan jeruk nipis, garam lalu diamkan selama lebih kurang 30 menit.
2. Tumis bumbu halus sampai harum.
3. Masukkan ayam dan aduk sampai ayam kaku. Tuangkan air dan masak diatas api kecil sampai ayam tiga perempat matang.
4. Oven sampai matang
Tiap kali kata ”Islam” disebut, tiap kali pula terbit ketidakpastian.
Tuan mengucapkan dua kalimat syahadat, menjalankan salat lima waktu, puasa pada bulan Ramadan, membayar zakat secara patut, dan naik haji pula, tapi selalu ada kemungkinan tuan akan disebut ”tidak Islami”. Sebab tak pernah jelas siapa yang sebenarnya berhak memasang atau mencopot label ”Islam” seseorang. Gus Dur memandang diri ”muslim” dan dipandang demikian oleh jutaan orang, tapi dapat saja ia dianggap ”kafir” atau ”Abu Lahab” oleh mereka yang menyebut diri ”pembela Islam”.
Yang sering tak disadari ialah bahwa itu justru menunjukkan betapa guyahnya sebutan ”Islam”.
Identitas memang sesuatu yang penuh problem. Ketika sebuah identitas diberi nama dan masuk ke bahasa—dan umumnya demikian—kita memasuki risiko: selalu ada yang hilang dalam bahasa. Bahasa bukanlah cermin yang jernih. Tak sepenuhnya yang bergejolak dalam kehidupan bisa direpresentasikannya.
Sebab itu identitas selalu berakhir dengan kegagapan. Ia tak pernah tuntas. Ketika Bung Karno berpidato pada 1 Juni 1945 menguraikan argumennya tentang Pancasila, ia menyebut kata ”pihak Islam”. Apa gerangan artinya? Pada saat itu, dalam konteks ketika ia diucapkan di depan para anggota Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai itu, arti kata itu dianggap sudah jelas. Tapi mungkin tidak. Yang pasti, label ”pihak Islam” dipakai hanya untuk membedakan ”Islam” dari ”kebangsaan”: label adalah sebuah alat yang praktis.
Tentu saja ada yang tak stabil di situ. Seandainya di-lepaskan dari konteks hari itu, yang ”Islam” niscaya ber-arti mereka yang tak menganut paham ”kebangsaan”, dan yang menganut paham ”kebangsaan” niscaya bukan ”Islam”. Betapa menyesatkan pemaknaan itu. Bung Karno mengatakan bahwa ia ”orang Islam”. Ia menegaskan, meskipun Islamnya ”jauh belum sempurna”, dalam dadanya ada ”hati Islam”. Tapi adakah Bung Karno pernah di-sebut mewakili ”pihak Islam”? Tidak.
Dari ketidakstabilan makna itu tampak, ”pihak Islam” tak persis berarti ”kalangan yang beragama Islam”. Di sini ”Islam” adalah sebuah identitas yang bergantung pada konteks: waktu, tempat, dengan apa ia dibandingkan, kepada siapa kita bicara….
Kebanyakan kita lupa akan hal itu. Persoalan politik di Indonesia bermula ketika identitas sosial diperlakukan sebagai sesuatu yang final dan kekal. Perbedaan tak hanya diduga-duga; ia dirumuskan. Administrasi negara—yang ingin segala hal rapi dan gampang dipakai—merumuskan identitas-identitas, meletakkan mereka pada peta, seraya membangun kotak yang tegas. Para birokrat ingin membuat klasifikasi sebagai sarana mempermudah kontrol. Para pekerja media dan pakar ilmu politik ingin membuat perbedaan gampang dilihat dan dimengerti.
Pada giliranya, identitas sosial dianggap tertutup. Ketika terkait dengan agama, bahkan ia jadi seakan-akan yang-tak-tercemar. Tampaknya ada anggapan bahwa ka-rena agama datang dari Tuhan, otomatis agama akan mem-bentuk satu umat—sebuah identitas sosial—yang 100% cocok dengan bentuk idealnya sendiri.
Tentu saja itu hanya sebuah keinginan. Sejak dulu kata ”Islam”, ”Kristen”, ”Buddha”, atau ”Hindu” menandai himpunan manusia yang tak pernah berhenti menanti keselamatan, tak pernah berhenti mengutuk godaan. Sejak dulu kelompok-kelompok agama merasa tak pernah bebas dari cemar; dengan kata lain, mereka retak dalam diri mereka sendiri.
Tapi hidup manusia dibangun dari yang retak dan yang kurang. Sebab itu surga dianggap sebagai janji. Sebab itu sejarah bergerak karena manusia ingin membuat yang kurang jadi penuh. Siapa pun, juga ”pihak Islam”, tak bisa mengelakkan keadaan belum-penuh itu. Ia mau tak mau harus mengakui keterbatasan dan ketidak-kekalan diri-nya.
Tentu, masing-masing ”pihak” merasa diri punya kelebihan. Tapi mustahil ia bisa berasumsi bahwa ”pihak” lain serta-merta mengakui itu.
Sebuah ”pihak” terjadi justru karena dua sisi yang ber-tentangan. Di satu sisi, dengan identitasnya kelompok sosial ”A” hadir berbeda. Tapi di sisi lain, sebagai satu identitas di tengah identitas lain di bangunan bersama (”Indonesia”), ia tak berbeda: ia tak lebih rendah dan tak lebih tinggi. Posisinya hanya sebagai ”A” yang bukan ”B”, seperti halnya ”B” ada di sana sebagai bukan ”A”. Ke-duanya setara: duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.
Pada suatu saat ia bisa mempunyai hegemoni dalam kebersamaan itu, tapi hegemoni itu bukan haknya yang asasi. Itu sebabnya, seperti dikatakan Bung Karno dalam pidato Lahirnya Pancasila, ”pihak Islam” perlu menerima demokrasi: ”prinsip permusyawaratan, perwakilan”. ”Pihak Islam” juga harus ”bekerja sekeras-kerasnya”, untuk ”mengerahkan sebanyak mungkin utusan-utusan Islam ke dalam badan perwakilan….”
Dalam usaha itu, jelas ia tak dapat terus-menerus me-negaskan diri sebagai ”lain dari yang lain”. Ia bukan makhluk yang ganjil hanya karena harus berbeda dari yang ”Barat”. Ia juga tak dapat selamanya merumuskan diri secara antagonistis. Jika ia tak ingin tetap berada di pinggiran, ia perlu ”ramah”. Ia perlu meng-universal-kan apa yang partikular dalam dirinya. Ia tak akan selamanya membangun tembok, menghunus tombak dan menggertak, menepuk dada, ”Inilah Islam!” Ia justru akan menunjukkan, Islam adalah rahmat bagi seluruh alam….
Pada saat seperti itu, pada saat sebuah ”pihak” membuka diri ke dalam yang universal, momen ethis pun muncul dalam politik. Saya ingat seorang tokoh politik Thailand—ia seorang muslim yang berhasil menduduki sebuah jabatan kabinet di negeri orang-orang Buddha itu—yang gemar mengutip sajak John Donne yang terkenal: ”No man is an island….”