Welcome to My Website

Selalu Aku Rindu

Posted by th4li4nk Tuesday, March 25, 2008 0 comments

Cinta…
Aku masih gagap memaknainya dengan kata
Mencoba meraba
Lalu mengejanya dengan rasa

Mengenalmu Jauh hari
Ciptakan imaji
Menggetarkan matahati
Tapi aku malu
jika harus selalu mengulangi
aku amat merindukanmu
saat ini……di sini

Juga detik ini
sambil Menikmati musim semi
Ku terpejam, bersandar pada pyramid
mencari wajahmu di bilik langit
membaca hening
yang kau titipkan pada semilir angin
lalu di Nil kucoba menepi
meninabobokan rindu
yang semakin sulit ku ajak kompromi

sayang…
ku coba pahami
tiap detik menanti
adalah seumpama balon
yang terbang rendah di atas rumah-rumah duri
karena jauhnya kita adalah prahara
namun aku setia, semoga bisa kau rasa
dan cintaku hanya mengharap darimu satu:
“tunggu aku dalam satu ketukan pintu”

Batu Ujian Cinta

Posted by th4li4nk 0 comments

Bagaimana kami tahu bahwa cinta kami cukup dalam untuk menghantar kami ke arah
berdampingan seumur hidup, menuju kepada kesetiaan yang sempurna? Bagaimana kami dapat yakin bahwa cinta kami ini cukup matang untuk diikat sumpah nikah serta janji untuk berdampingan seumur hidup sampai maut memisahkan?
Ada beberapa Batu Ujian yang harus dilaksanakan, adapun Batu Ujian menurut Walter Trobisch adalah :

Pertama,
Ujian untuk merasakan sesuatu bersama.
Cinta sejati ingin merasakan bersama, memberi, mengulurkan tangan. Cinta sejati memikirkan pihak yang lainnya, bukan memikirkan diri sendiri. Jika kalian membaca
sesuatu, pernahkah kalian berpikir, aku ingin membagi ini bersama sahabatku? Jika kalian merencanakan sesuatu, adakah kalian hanya berpikir tentang apa yang ingin kalian
lakukan, ataukah apa yang akan menyenangkan pihak lain? Sebagaimana Herman Oeser, seorang penulis Jerman pernah mengatakan, "Mereka yang ingin bahagia sendiri, janganlah kawin. Karena yang penting dalam perkawinan ialah
membuat pihak yang lain bahagia. – mereka yang ingin dimengerti pihak yang lain,
janganlah kawin. Karena yang penting di sini ialah mengerti pasangannya." Maka batu ujian yang pertama ialah:

Batu ujian pertama :
"Apakah kita bisa sama-sama merasakan
sesuatu? Apakah aku ingin menjadi bahagia
atau membuat pihak yang lain bahagia?"

Kedua,
Ujian kekuatan.

Saya pernah menerima surat dari seorang yang jatuh cinta, tapi sedang risau hatinya. Dia
pernah membaca entah di mana, bahwa berat badan seseorang akan berkurang kalau orang itu betul-betul jatuh cinta. Meskipun dia sendiri mencurahkan segala perasaan cintanya, dia tidak kehilangan berat badannya dan inilah yang merisaukan hatinya. Memang benar, bahwa pengalaman cinta itu juga bisa mempengaruhi keadaan jasmani. Tapi dalam jangka panjang cinta sejati tidak akan menghilangkan kekuatan kalian; bahkan sebaliknya akan memberikan kekuatan dan tenaga baru pada kalian. Cinta akan memenuhi kalian dengan kegembiraan serta membuat kalian kreaktif, dan ingin menghasilkan lebih banyak lagi.

Batu ujian kedua :
"Apakah cinta kita memberi kekuatan baru dan
memenuhi kita dengan tenaga kreaktif, ataukah
cinta kita justru menghilangkan kekuatan dan
tenaga kita?"

Ketiga,
Ujian penghargaan.

Cinta sejati berarti juga menjunjung tinggi pihak yang lain. Seorang gadis mungkin
mengagumi seorang jejaka, ketika ia melihatnya bermain bola dan mencetak banyak
gol. Tapi jika ia bertanya pada diri sendiri, "apakah aku mengingini dia sebagai ayah dari
anak-anakku?", jawabnya sering sekali menjadi negatif. Seorang pemuda mungkin mengagumi seorang gadis, yang dilihatnya sedang berdansa. Tapi sewaktu ia bertanya pada diri sendiri, "apakah aku mengingini dia sebagai ibu dari anak-anakku?", gadis tadi mungkin akan berubah dalam pandangannya.

Pertanyaannya ialah:
"Apakah kita benar-benar sudah punya penghargaan yang tinggi satu kepada
yang lainnya? Apa aku bangga atas pasanganku?"

Keempat,
Ujian kebiasaan.

Pada suatu hari seorang gadis Eropa yang sudah bertunangan datang pada saya. Dia
sangat risau, "Aku sangat mencintai tunanganku," katanya, "tapi aku tak tahan
caranya dia makan apel." Gelak tawa penuh pengertian memenuhi ruangan. "Cinta menerima orang lain bersama dengan kebiasaannya. Jangan kawin berdasarkan paham cicilan, lalu mengira bahwa kebiasaan-kebiasaan itu akan berubah di kemudian hari. Kemungkinan besar itu takkan terjadi. Kalian harus menerima pasanganmu sebagaimana adanya beserta segala kebiasaan dan kekurangannya.

Pertanyaannya:
"Apakah kita hanya saling mencintai atau juga saling menyukai?"

Kelima,
Ujian pertengkaran.

Bilamana sepasang muda mudi datang mengatakan ingin kawin, saya selalu menanyakan mereka, apakah mereka pernah sesekali benar-benar bertengkar - tidak hanya berupa perbedaan pendapat yang kecil, tetapi benar-benar bagaikan berperang. Seringkali mereka menjawab, "Ah, belum pernah, pak, kami saling mencintai." Saya katakan kepada mereka, "Bertengkarlah dahulu - barulah akan kukawinkan kalian." Persoalannya tentulah, bukan pertengkarannya, tapi kesanggupan untuk saling berdamai lagi. Kemampuan ini mesti dilatih dan diuji sebelum kawin. Bukan seks, tapi batu ujian pertengkaranlah yang merupakan pengalaman yang "dibutuhkan"
sebelum kawin.

Pertanyaannya:
"Bisakah kita saling memaafkan dan saling mengalah?"

Kekuatan Cinta

Posted by th4li4nk Saturday, March 8, 2008 0 comments


Andai di dunia ini tidak ada cinta, maka hidup akan serasa gersang, hampa dan tidak ada dinamika.
Cinta bisa membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, Yang sulit menjadi sederhana, permusuhan menjadi,Perdamaian dan yang jauh menjadi dekat.
Itulah gambaran kekuatan cinta.

Cinta, ditilik dari sudut manapun selalu menarik untuk dibahas.
Sejarah mencatat, Sejumlah seniman, teolog sampai filosop membicarakan cinta
dari berbagai perspektifnya baik dalam bentuk roman, puisi, syair
Bahkan sampai dalam bentuk tulisan ilmiah yang bernuansa teologis, fenomenologis, psikologis ataupun sosiologis.

Filosop sekaliber Plato bahkan pernah mengatakan Siapa yang tidak terharu oleh cinta,
Berarti berjalan dalam gelap gulita.
Pernyataan ini menggambarkan betapa besar perhatian Plato pada masalah cinta,
sampai-sampai dia menyebut orang yang tidak tertarik untuk membicarakannya
sebagai orang yang berjalan dalam kegelapan.
Peranan cinta dalam kehidupan tidak diragukan lagi pentingnya.

Cinta diyakini sebagai dasar dari perdamaian, keharmonisan, ketentraman,
kebahagiaan bahkan kebangkitan peradaban.
Namun apa sesungguhnya cinta itu ?
Diakui, problem yang dihadapi saat membicarakan cinta biasanya adalah persoalan definisi.
Belum pernah ditemui suatu rumusan tentang cinta yang singkat, padat dan mewakili pemahaman akan hakikat cinta secara tepat.
Jalauddin Rumi pernah mengatakan bahwa cinta itu misteri, tidak ada kata-kata yang bisa mewakili kedalamannya.
Cinta tak dapat termuat dalam pembicaraan atau pendengaran kita,
Cinta adalah sebuah samudera yang kedalamannya tak terukur.
Cinta tak dapat ditemukan dalam belajar dan ilmu pengetahuan, buku-buku dan lembaran-lembaran halaman.
Apapun yang orang bicarakan itu, bukanlah jalan para pecinta.
Apapun yang engkau katakan atau dengar adalah kulitnya;
Intisari cinta adalah misteri yang tak dapat kau buka !
Cukuplah ! Berapa banyak lagi kau akan lengketkan kata-kata di lidahmu ?
Cinta memiliki banyak penyataan melampaui pembicaraan. . .
Oleh sebab itu, disini kita tidak akan mendefinisikan cinta,karena khawatir mereduksi kedalamannya.
Biarlah cinta berbicara dalam perbuatan kita.
Disini, kita akan mencoba mencermati unsur-unsur yang selalu ada dalam
cinta.
Erich fromm, murid kesayangannya Sigmund Freud menyebutkan empat unsur yang harus ada dalam cinta, yaitu :

1. Care (perhatian).
Cinta harus melahirkan perhatian pada objek yang dicintai.
Kalau kita mencintai diri sendiri, maka kita akan memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri.
Kalau kita mencintai orang lain, maka kita akan memperhatikan kesulitan yang dihadapi orang tersebut dan akan berusaha meringankan bebannya.
Kalau kita mencintai Allah Swt., maka kita akan memperhatikan apa saja yang Allah
ridhai dan yang dimurkai-Nya.

2. Responsibility (tanggung jawab).
Cinta harus melahirkan sikap bertanggungjawab terhadap objek yang dicintai.
Orang tua yang mencintai anaknya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan
material, spiritual dan masa depan anaknya.
Suami yang mencintai isterinya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangganya.
Karyawan yang mencintai perusahaannya, akan bertanggung jawab akan
kemajuan perusahaannya.
Orang yang mencintai Tuhannya, akan bertanggung jawab untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Itulah Responsibility.

3. Respect (hormat).
Cinta harus melahirkan sikap menerima apa adanya objek yang dicintai,
kelebihannya kita syukuri, kekurangannya kita terima dan perbaiki.
Tidak bersikap sewenang-wenang dan selalu berikhtiar agar tidak mengecewakannya. Inilah yang disebut respect.

4. Knowledge (pengetahuan).
Cinta harus melahirkan minat untuk memahami seluk beluk
objek yang dicintai.
Kalau kita mencintai seorang wanita atau pria untuk dijadikan isteri atau suami,
maka kita harus berusaha memahami kepribadian, latar belakang keluarga, minat, dan ketaatan beragamanya.
Kalau kita mencintai Tuhan, maka harus berusaha memahami ajaran-ajaran-Nya.
Kalau empat unsur ini ada dalam kehidupan kita,
Insya Allah hidup ini akan bermakna.
Apapun yang kita lakukan, kalau berbasiskan cinta pasti akan
terasa ringan.
Karena itu nabi Saw pernah bersabda:
Tidak sempurna iman seseorang kalau dia belum mencintai orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.
Cintai oleh mu mahluk yang ada di muka bumi, pasti Allah akan mencintaimu. (HR. Muslim)

Supremasi kebahagiaan tertinggi,
Kalau kita mampu mencintai orang lain dengan tulus tanpa pamrih, mencintai diri sendiri secara proporsional, mencintai Allah Swt dengan penuh loyalitas dan
selalu merasa dincintai-Nya.


Ukhuwah itu Indah, Kebersamaan menyatukan hati, Islam telah mengajak untuk merasakan keindahan, mencintai dan menikmatinya, Islam juga menekankan agar kita mengungkapkan perasaan dan kecintaan dalam kebersamaan yang juga merupakan suatu keindahan tersendiri.

Followers