Ku ambilkan polpen dan ku mulai mencoret-coret isi diary ku dan ku tuankan segala pikiranku yg selama ini aku rasakan...jam diding berbunyi menujukkan jam delapan malam. 23 Agustus. Suasana malam begitu dingin, angin yang begitu kencang membawa suasana malam terasa dingin menusuk hingga ke tulang.Pukulan-pukulan angin yang kencang membuat bulu2ku merinding kedinginan.
di dalam Sahkohku (rumah), di depan jendela aku berdiri tegak dan melemparkan pandanganku ke atas langit yang luas, kelap-kelip bintang yang menghiasi suasana malam, meski angin begitu kencang menusuk-nusuk tubuhku, sesekali aku membenarkan jaket biru kesukaanku, ku melangkah ke lemariku dimana aku simpan sebatang rokok. Hanya bintang yang menemaniku dan sebatang rokok yang menghangatkan tubuhku.
Bagi seorang lelaki yang udah berumuran dua puluh satu tahun telah nampak tanda-tanda kedewasaan. Dan itu pula yang aku pikirkan selama ini yang sedang aku pikirkan seorang diri. Pikiranku mengembara menembus mega-mega hitam laksana singa di padang pasir.
Ah...,hidup ini memang misteri. nggak nyangka, betul-betul nggak nyangka kalau selama ini aku menyimpan rahasia dimana hatiku terus berdebar di kala mengingat akan dirinya. Ah apa mungkin ini yang dinamakan MAHABBAH? Aku mulai memainkan jari-jariku dan mengempal-ngempalkannya untuk mengusir hawa dingin yang mulai merayap-rayap tubuhku.
Angin malam dan bintang-bintang ini yang menjadi saksi, kalau aku ternyata diem-diem mulai menyukainya dan dengan keterdiaman itu aku mulai memiliki sebuah harapan. Perkenalanku ma dia hanya sebuah misteri yang mempunyai makna dan memory yang membuat hatiku berdebar-debar...Bener-bener sebuah misteri...
Ku seret kakiku menuju sebuah kursi yang berada di ruang tamu yang deket dengan diriku.Kaki yang dari tadi sudah mulai gemetaran menahan terjangan dingin angin-angin malam. Oh..apakah dia juga merasakan apa yang aku rasakan saat ini?tik...tik..tik.. aku terkejut dengan suara handphoneku,aku segera menuju ke arah bunyi handphoneku, oh ada sms dari dia,ku baca berlahan-lahan seperti air yg mengalir mengikuti arus, ternyata selama ini dia juga merasakan apa yang aku rasakan...
Sejurus kemudian aku jemu memandang langit yang ditaburi bintang-bintang. ku melangkah ke arah kasurku sambil ku memandang ke langit-langit n berulang-ulang membaca sms dari dia. suasana dingin selalu menyelimuti badan ku, ku ambilkan selimut untuk mengusir rasa dingin, kehangatan sang selimut seperti pahlawan yang selalu menjaga malamku dan kehangatannya membuatku terlelap.
Jam dindingku berbunyi menujukan jam lima sore Langit di negri kinanah tak lagi mendung. Angin siang tadi baru saja mendorong mega-mega menjauhi kota. Sinar matahari yang mulai meredup menambah suasana sore yang cerah lebih bernuansa.tik...tik..tik bunyi handphoneku, ternyata da sms dari dia yang bunyinya " ka gimana kabarnya n ngi ngapain? hanya kalimat-kalimat itu membuat aku bertanya-tanya. apakah dia selama ini bener2 mencintai aku atau menyimpan rasa suka sama aku?
Bersambung?
Ketika rasa lelah memeluk langkahmu
Anggaplah aku sebagai sebuah pavilliun kecil
Yang semoga bisa memberimu sedikit kesejukkan
Hingga terlepas segala penatmu
Suatu saat,
Ketika resah menyesakkan hatimu
Aku memiliki sepasang telinga untuk mendengar apapun darimu
Ungkapkan saja semua
Karena aku adalah pendengarmu yang paling setia
Bahkan saat kau marah
Berteriaklah di telingaku
Hingga hatimu merasa lebih baik
Keberadaanku di dekatmu,
Bukan untuk membebanimu
Tapi untuk merasakan apa yang sedang kau rasakan
Karena aku akan merasa lebih berarti
Saat kau selalu tersenyum jika di dekatku
Tentang panggilan apa yang akan kau tujukan padaku
Tak perlu kau risaukan itu
Yang perlu kau tahu adalah....
Kau ada di hatiku
itu saja
Tentang kata yang tak pernah ku lafalkan
Mungkin untuk saat ini kau tidak akan mendengarnya dariku
Kata-kata itu hanya akan mendatangkan kegelisahan
Untuk apa dibicarakan
jika hanya akan berujung pada angan-angan dan ketidakjujuran
Jauh di relung hatiku
Hanya terlintas untuk melakukan sesuatu
Selalu ingin memberikan yang terbaik
Yang mungkin bisa memberi arti bagimu
Jangan bebani pikiranmu
Akan bagaimanakah akhir dari perjalanan ini
Apa yang akan kita hadapi esok hari
Pun kita tidak pernah tahu
Jangan biarkan hatimu terbelenggu
Oleh impian dan harapan yang belum pasti
teruskan langkahmu
Dengan caramu sendiri
Menjalani hari-hari seperti air mengalir
Mungkin aku tak punya banyak waktu untukmu
namun saat kita bicara
meski satu jam saja
Aku sangat menghargai setiap detiknya
Aku bukan hanya teman melepas rindu
Tapi aku juga bisa menghapus air matamu
Selama Tuhan masih memberiku waktu
Aku akan ada untuk membuatmu tersenyum
Apa yang sebenarnya manusia cari dalam hidupnya yang singkat ini ?
Jika kita mengutarakan pertanyaan tersebut pada orang-orang di luar sana, mungkin kita akan memperoleh jawaban yang berbeda-beda. Ada yang menjawab pahala sebanyak-banyaknya biar masuk surga, ada juga yang menjawab harta yang melimpah agar bisa hidup makmur sejahtera di dunia sampai tujuh turunan, ada yang menjawab pasangan hidup dan lain sebagainya.
Namun diantara sekian jawaban tersebut ada pula yang menjawab “ILMU” . Dan Saya lebih condong pada jawaban yang terakhir.
Ya..ILMU ! Dengan ilmu kita bisa melakukan banyak hal dan ilmu juga membantu kita untuk memperoleh banyak hal yang kita inginkan di dunia ini. Tentu saja, secara umum manusia pasti mencari kebahagiaan di dunia ini. Adakah manusia yang tak ingin bahagia ? Rasanya menyedihkan sekali hidupnya jika tak bisa mereguk kebahagiaan di dunia ini, meskipun dunia ini hanya bersifat sementara.
Saya sering sekali mendengar ungkapan orang-orang di sekitar Saya bahwa “hidup itu harus dinikmati” atau “hidup itu sudah susah, makanya jangan dibikin jadi tambah susah”
Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita menikmati hidup ? Apakah dengan “terlahir tanpa dosa, kecil dimanja-manja, besar berfoya-foya dan mati masuk surga ?” Lha kok enak sekali ?
Tapi ada juga ungkapan yang sedikit extrime yang pernah Saya dengar, bahwa “di dunia ini tidak ada yang gratis”
Inilah awal masalahnya, karena di dunia ini tidak ada yang gratis maka kita harus memiliki sesuatu yang akan mempermudah kita untuk meraih apa yang kita inginkan. Sesuatu itu bernama ILMU. Apa dasarnya ??
Mari kita telusuri bersama…
Sejak kita dilahirkan ke dunia, orang tua pasti akan mengajarkan kita beberapa hal mendasar, misalnya seperti bahasa bilabial atau bahasa bibir.
Sang Ibu akan membimbing bayinya untuk mengucapkan kata “Mama” atau “Ma’em”(makan), itu adalah kata pertama yang lazim diajarkan Ibu pada bayinya. Setelah bayi berumur 2 tahun Sang ibu akan membimbing untuk berdiri dan berjalan sendiri. Lalu saat bayi berumur 3-4 tahun, orang tua akan mengajari kita mengenal sekitar, seperti mengenal orang-orang di sekitarnya, mengenalkan pada alam dan lingkungan, mengenalkan pada angka dan huruf sebagai bekal Anak untuk memasuki sekolah Taman Kanak-kanak. Semua itu adalah ilmu yang kita dapatkan di rumah sebagai pendidikan pra sekolah. Mungkin bagi keluarga yang taraf hidupnya di atas rata-rata, mereka bahkan sudah memberikan les ini dan itu pada anak sebagai pendidikan pendamping di samping pendidikan yang akan didapatkan di sekolah, misalnya les musik, bahasa asing, melukis dan sebagainya.
“Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air”
Memang benar, karena pada usia dini otak kita lebih mudah untuk menyerap banyak ilmu. Karena itulah para orang tua tidak membiarkan waktu si kecil terlewatkan hanya untuk bermain.
Memasuki usia sekolah, sudah tentu kita akan mempelajari ilmu lebih banyak lagi, baik yang intrakurikuler maupun extrakurikuler. Mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum atau Sekolah Menengah Kejuruan. Setelah itu ada yang meneruskan lagi ke Universitas atau Institute, dari S-1, S-2, S-3 dan seterusnya.
Menuntut ilmu sama sekali tidak mengenal batas usia. Bahkan ada program Kejar Paket untuk mereka yang pernah putus sekolah dan ingin melanjutkan kembali, meski sudah bukan usia sekolah. Lalu mengapa kita harus mencari banyak ilmu ? Sederhana saja jawabannya, karena ilmu adalah bekal kita untuk hidup. Semuanya bersumber pada ilmu. Tidak percaya ? Mari kita lanjutkan penelusurannya…
Sebuah contoh yang sederhana saja, ilmu akan membantu kita mengenal Sang Pencipta dengan “sempurna”. Yang dimaksud dengan sempurna disini adalah bagaimana kita bisa beribadah secara benar. Bagaimana cara membaca Al-Qu’an untuk kemudian memahami isi yang terkandung didalamnya. Bagaimana cara kita mendekatkan diri pada Sang Pencipta dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Bagaimana cara kita menjaga alam dan sumber daya yang kita miliki agar kita bisa memanfaatkan dan memetik hasilnya tanpa merusak kelestariannya.
Ilmu dalam beribadah bukanlah kelengkapan serba tahu tentang pernak-pernik keagamaan yang mendalam, melainkan sekedar memahami apa hakikat dan tujuan beribadah itu sendiri.
Ilmu yang diridhai Allah adalah yang memberikan hasil bagi tersingkapnya tabir hati, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang pancarannya luas di dalam dada dan dengan ilmu itu terbukalah penutup hati.
Dalam bahasa yang lebih menyentuh rasa, Rasulullah mengatakan, “Apabila dengan bertambahnya ilmu pada diriku tiap hari namun tidak menambah pendekatanku pada Allah, maka tiada berkah bagiku terbitnya matahari tiap pagi”
Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah salah satu sufi yang tidak pernah puas dengan ilmu yang telah mengangkat derajatnya menjadi pengabdi Allah yang sejati. Kehausannya pada ilmu melebihi dahaganya kepada air dimana ia pernah terlunta-lunta di tengah padang pasir selama tujuh hari tujuh malam dalam perjalanannya menuntut ilmu. Lantaran hanya dengan ilmu ia mendapatkan kunci untuk beribadah secara benar. Hanya dengan ilmu ia dapat lebih mendalam memahami wahyu Allah dan ajaran para sufi lainnya.
Contoh lain, ketika kita menamatkan pendidikan akademik, kita tentu ingin mencari pekerjaan yang akan menopang hidup kita di kemudian hari. Saya jadi teringat dengan kalimat Haji Romli dalam sinetron Kiamat Sudah Dekat, beliau mengatakan, “Orang itu mesti kerja, biar punya harga diri”
Saya rasa kalimat tersebut 100% benar adanya, dan lagi-lagi, lapangan pekerjaan hanya akan menerima orang-orang berilmu. Semakin tinggi ilmu seseorang maka ia akan memperoleh banyak kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan. Posisi yang akan didapatkan pun makin “basah”.
Yang dimaksud dengan basah disini adalah posisi yang bisa mendatangkan banyak penghasilan. Dalam hal ini tentu saja UANG.
Uang adalah harta, dan harta akan mudah didapat jika kita punya ilmunya.
Setelah mendapatkan penghasilan yang cukup, inilah saatnya untuk mencari pasangan hidup, dan jangan salah, mencari pasangan hidup itu juga ada ilmunya. Bagaimana kita bisa mengenali karakter calon pasangan hidup kita yang sebenarnya, mempelajari dan beradaptasi dengan cara hidupnya, mempelajari pandangan hidup di masa depan dan cara berfikirnya, untuk kemudian dicocokkan dengan yang kita inginkan. Nah, jika sudah begini, adakah yang lebih berperan daripada ilmu ?
Ilmu yang kita dapatkan Insya Allah akan menanamkan budi pekerti dan akhlak yang baik dalam jiwa kita, sehingga selain menjadi orang yang berilmu kita juga menjadi manusia yang lebih beriman dan bertaqwa kepada Allah, serta didambakan setiap orang. Bahkan terkadang, orang yang kehidupannya sudah tampak “sempurna” pun masih terus mencari ilmu dengan membaca, mengikuti perkembangan teknologi dan lain-lain. Tapi yang paling penting adalah bagaimana kita menggunakan ilmu itu untuk menyiapkan bekal kita menghadap Sang Pencipta.
Manusia bisa memimpin dunia karena ilmunya, manusia bisa sampai ke bulan karena ilmunya, dan manusia bisa bertambah kadar keimanannya serta makin dekat dengan Sang Pencipta juga karena ilmunya. Dengan ilmu, kita bisa melakukan banyak hal dan memperoleh banyak hal untuk kebahagiaan di dunia bahkan juga di akhirat, Insya Allah.
Lalu bagaimana dengan Anda ??