Bagaimana perasaan seorang pria jika dikelilingi banyak wanita? Jika pertanyaan itu disodorkan kepada saya, maka ungkapan “bangga” nampaknya cukup mewakili perasaan saya. Saya senang setiap hari dikelilingi wanita cantik, shalihah pula. Dan tentu pada saat itu saya semakin merasa menjadi ‘pangeran’. Ups, jangan curiga dulu, karena wanita-wanita cantik nan shalihah yang saya maksud adalah Ibu, kakak dan adek saya. Insya Allah.
Tidak hanya itu, saya juga lebih banyak disentuh oleh wanita,yaitu ibu saya . Sebuah naluri kedekatan anak terhadap ibunya yang tidak sekedar karena telah menghisap ratusan liter air susu ibunya, melainkan juga ikatan bathin yang tak bisa terpisahkan dari kehangatan yang senantiasa diberikan seorang ibu terhadap anaknya.
Karena itulah, dalam hidup saya tidak ingin berbuat sesuatu yang sekiranya dapat mengecewakan dan melukai seorang wanita. Namun sikap yang tepat dan bijak harus diberikan seorang pria mengingat wanita itu terbuat dari tulang rusuk yang bengkok, yang apabila terdapat kesalahan padanya, pria harus berhati-hati meluruskannya. Terlalu keras akan mematahkannya, dibiarkan juga salah karena akan tetap pada kebengkokannya. Meski demikian, tidak sedikit pria harus membiarkan wanita kecewa demi meluruskan kesalahan itu, toh setiap pria yang melakukan itu pun sangat yakin bahwa kekecewaan itu hanya sesaat kerena selanjutnya akan berbuah manis.
Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam memperlakukannya akan merusak keindahannya, menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri. Ia ibarat selembar sutra yang mudah robek oleh terpaan badai, terombang-ambing oleh hempasan angin dan basah kuyup meski oleh setitik air. Oleh karenanya, jangan biarkan hatinya robek terluka karena ucapan yang menyakitkan karena hatinya begitu lembut, jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dengan menawarkan setangkup ketenangan dan ketentraman. Sebaiknya jangan sekali-kali membuatnya menangis oleh sikap yang mengecewakan, karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski airnya tak lagi membasahi kelopak matanya.
Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya untuk mendapatkan kecantikan sesungguhnya. Karenanya, melihat dengan tanpa membuka tabir hatinya niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu mengelabui mata. Orang perlu berjuang menyusur ombak, menahan arus dan menantang semua bahayanya untuk bisa meraihnya. Dan tentu untuk itu, orang harus memiliki bekal yang cukup sehingga layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu.
Wanita itu separuh dari jiwa yang hilang. Maka orang harus mencarinya dengan seksama, memilihnya dengan teliti, melihat dengan hati-hati sebelum menjadikannya pasangan jiwa. Karena jika salah, ia tidak akan menjadi sepasang jiwa yang bisa menghasilkan bunga-bunga cinta, melainkan noktah merah menyemai pertikaian. Ia tak akan bisa menyamakan langkah, selalu bertolak pandang sehingga tak memberikan kenyamanan dan keserasian. Ia tak mungkin menjadi satu hati meski seluruh daya dikerahkan untuk melakukannya. Dan yang jelas ia tak bisa menjadi cermin diri disaat lengah atau larut.
Wanita memiliki kekuatan luar biasa yang tak pernah dipunyai lawan jenisnya dengan lebih baik. Yakni kekuatan cinta, empati dan kesetiaan. Dengan cintanya ia menguatkan langkah orang-orang yang bersamanya, empatinya membangkitkan mereka yang jatuh dan kesetiaannya tak lekang oleh waktu, tak lebur oleh perubahan .
Dan wanita adalah sumber kehidupan. Yang mempertaruhkan hidupnya untuk sebuah kehidupan baru, yang dari dadanya dialirkan air susu yang menghidupkan. Sehingga semua pengorbanannya itu layak menempatkannya pada kemuliaan surga, juga keagungan penghormatan.
Untung saya bukan seorang penyanyi ngetop yang menjadikan wanita dan cintanya sebatas syair lagu demi meraup keuntungan. Sehingga yang tampak dimata hanyalah wanita sebatas bunga-bunga penghias yang bisa dicampakkan ketika tak lagi menyenangkan. Kebetulan saya juga bukan bintang sinetron yang kerap diagung-agungkan wanita. Karena kalau saya jadi mereka, tentu ‘kebanggaan’ saya dikelilingi wanita cantik bisa berbeda makna dengan kebanggaan saya sebagai seorang yang bukan siapa-siapa.
Bagusnya juga wanita-wanita yang mendekati dan mengelilingi saya bukanlah mereka yang rela diperlakukan tidak seperti bunga, bukan selayaknya mutiara dan tak selembut sutra. Bukan wanita yang mencampakkan dirinya sendiri dalam kubangan kehinaan berselimut kemewahan dan tuntutan zaman. Tidak seperti wanita yang rela diinjak-injak kehormatannya, tak menghiraukan jerit hatinya sendiri, atau bahkan pertentangan bathinnya. Juga bukan wanita yang membunuh nuraninya sendiri sehingga tak menjadikan mereka wanita yang pantas mendapatkan penghormatan, bahkan oleh buah hatinya sendiri.
Dan sudah pasti, selain tak ada wanita-wanita macam itu yang akan mendekati lelaki bukan siapa-siapa seperti saya ini, saya pun tentu tidak akan betah berlama-lama berdekatan dengan mereka,....... Semoga …
Woman was made from the rib of man, She was not created from his head to top him, Not from his feet to be stepped upon, She was made from his side to be close to him, From beneath his arm to be protected by him, Near his heart to be loved by him.
Sejatinya…..cinta itu tak pernah berubah, tidak bertambah dan tidak juga berkurang.
Yang berubah adalah kita, para pemuja cinta….
Yang membuat cinta serasa bertambah dan berkurang adalah pasang surutnya harapan manusia atas cinta itu…
Cinta itu tetap sama, sejak mula ia hadir di relung hati, sampai sebuah keadaan memaksanya untuk pergi
Cinta itu hidup…..bernafas dan berdetak…
Cinta ibarat baying-bayang…..
Bila terang ia hadir walaupun diusir
Bila gelap ia hilang walaupun diundang
Betapa cinta itu sesuatu yang rentan dan rapuh, maka itulah cinta harus dijaga….meski ia datang dan pergi sekehendaknya…
Cinta itu jeli…..cinta tidak akan sudi memberikan kesetiaannya pada manusia yang tidak setia pada cinta
Cinta tak pernah berpaling dari satu hati ke hati yang lain, yang berpaling adalah tatapan mata para pecinta yang selalu berdalih bahwa mencari dan memilih yang terbaik adalah hak setiap manusia…
Semua itu adalah cermin dari sifat para pecinta yang tak pernah puas dengan apa yang ada di hadapannya
Tuhan hanya menciptakan segumpal hati untuk setiap manusia, namun lihatlah betapa hebatnya para pemuja cinta itu…..mereka mampu menyimpan dua atau tiga yang mereka sebut cinta…..mungkin itulah cermin dari sifat tamak manusia….
Manusia tidak akan mampu memiliki lebih dari satu cinta dalam hatinya…
Sebenarnya cinta itu hanya satu…..ialah cinta sejati
Para pecinta serasa memiliki apartement bertingkat di dalam hatinya untuk cinta-cinta yang diagungkannya….cinta yang dianggapnya bisa membuatnya bahagia
Mungkin cinta sejatinya justru ada di lantai paling bawah….dialah cinta yang tak pernah pergi meninggalkannya bagaimanapun keadaannya….meski jatuh dan terpuruk….cinta itulah yang setia menemaninya
Namun sayang…..tidak semua pecinta menyadari keberadaannya…
Kadang ia ada di depan mata…tapi kita justru sibuk dengan cinta yang menawarkan janji-janji semu…..mungkin awalnya kita akan melambung karena janji-janjinya…namun pemuja cinta punya sifat mudah merasa jenuh…
Meski begitu indah, namun karena romansa cinta itu sudah menjadi rutinitas belaka, dan rasa jenuh itu membuat kita ingin mengakhirinya….
Sebenarnya kita menyadari semua itu, tapi itulah manusia…..masih saja tergoda dengan kepuasan sesaat….maka biarkan saja begitu….tak perlu menggerutu kenapa begini dan begitu…..itu sudah menjadi hukum alam…
Setiap manusia akan mengalami proses seleksi alam…..dimana pada akhirnya di hati kita hanya akan tertinggal satu cinta yang memberikan kesan terdalam….mungkin saja itu bukan cinta pertama, cinta yang lebih dulu hadir atau sejenisnya….
Cinta sejati sejati itu juga belum tentu cinta yang terakhir, karena tidak semua manusia bisa merasakan keberadaannya….
Cinta sejati tidak selalu dilabuhkan pada cinta yang lebih dulu hadir, namun tidak ada yang tidak mungkin jika tangan Tuhan sudah bekerja…Maka kita tak perlu jumawa dengan cinta yang kita miliki saat ini, karena kita tidak akan pernah tahu apa dan siapa yang akan kita temui suatu hari nanti…
Dengan segala kerendahan hati, Saya membagi semua ini untuk yang sedang dan akan jatuh cinta, untuk sama-sama kita pelajari, bahwa kadang cinta tak berakhir dengan baik-baik saja, tapi kita tak perlu terlalu lama menyimpan rasa sakit hati…
Seandainya kita bisa saling memberi dukungan, bisa memandang lebih realistis dan lebih bijaksana dalam menghadapi setiap kegagalan cinta…
Saya pernah mengalaminya, dan solusi untuk menghindari virus patah hati adalah…jangan pernah menyimpan rasa sakit itu terlalu lama, lupakan yang buruk dan ingat semua kebaikannya….tak perlu mengabadikan cinta yang telah pergi meninggalkan kita, apalagi jika kita sebenarnya menyadari bahwa cinta itu tak mungkin kembali lagi untuk kita….biarkan cinta itu pergi bersama pembawa cinta…
Apapun yang kita alami, hidup ini akan terus berjalan….terus berputar, kita harus punya harapan untuk bisa tetap bertahan hidup…
Cinta yang pergi tak perlu disesali, karena Tuhan telah berjanji pada hambaNya yang setia panjatkan doa dalam segala suasana hatinya….Tuhan berjanji akan menggantinya, bahkan mungkin melebihi apa yang kita inginkan…
Jika kita tak melepaskan cinta yang telah pergi, bagaimana kita bisa menyambut cinta yang akan datang pada kita…?
Pada saatnya nanti, saat musim dingin berganti musim semi yang indah….cobalah membuka hati kita untuk cinta yang lain….
Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya, pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah masa lalu. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "Nafsu" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Iimam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?".Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat. Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukaiperasaan saudaranya sendiri.